MANADOTODAY.CO.ID – Pemerintah Daerah Bihar, India, meluncurkan penyelidikan setelah seorang lanjut usia (lansia) kedapatan menggunakan vaksin COVID-19 hingga dosis ke-11. Hal ini dinilai merupakan kelalaian serius dari pejabat kesehatan di daerah tersebut.
Brahmdeo Mandal, 84, bisa mendapatkan vaksin dengan dosis sebanyak itu menggunakan kartu identitas dan nomor ponsel yang berbeda.
Mandal ‘kecanduan’ vaksin COVID-19 karena ia mengklaim itu telah membantu “menghilangkan rasa sakit kronisnya”.
Ia telah mendapatkan 11 suntikan vaksin dalam 10 bulan terakhir. Tapi keberuntungannya habis ketika petugas kesehatan mengenalinya saat akan mendapatkan dosis ke-12, dan melaporkan masalah tersebut kepada atasannya.
Mandal mengklaim bahwa dia mendapat manfaat yang sangat besar setelah mendapat 11 dosis vaksin, dan itulah mengapa dia menginginkan lebih banyak vaksinasi.
“Saya telah menderita sakit sendi lutut dan punggung kronis untuk waktu yang lama, dan saya berkonsultasi dengan banyak ahli kesehatan tetapi hampir tidak ada bantuan. Ini terbukti keajaiban ketika suntikan pertama saya secara drastis mengurangi rasa sakit kronis saya,” kata Mandal dikutip dari Gulf News, Jumat (7/1/2022).
“Nyeri sendi punggung, pinggang dan lutut saya hilang, dan itulah mengapa saya mengunakannya berulang kali,” katanya, menegaskan bahwa kadar oksigennya juga meningkat secara signifikan setelah divaksin.
Menganggap vaksin sebagai “obat mujarab kehidupan”, Mandal mengklaim dia sekarang “kebal” terhadap batuk dan pilek.
Dia mengatakan, pemerintah India telah memperkenalkan hal yang luar biasa dalam bentuk vaksin dan masyarakat harus memanfaatkan manfaatnya.
Otoritas departemen kesehatan mengatakan, Mandal menipu petugas kesehatan dengan menyerahkan kartu identitas dan nomor ponsel yang berbeda setiap kali dia divaksin. Dia bahkan menggunakan nomor ponsel istrinya dan pergi ke distrik tetangga untuk mendapatkan suntikan vaksin.
“Perlu diverifikasi apakah pria itu mengatakan yang sebenarnya atau membuat klaim palsu. Sesuai aturan, tidak ada orang yang seharusnya diberikan lebih dari dua dosis,” kata ahli bedah sipil lokal Amarendra Narayan Shahi.(*/ryan)