Penjelasan Kadinkes Helny Ratuliu Terkait Penanganan Pasien Kifli Tangel di Puskesmas Tombatu

Penjelasan Kadinkes Helny Ratuliu Terkait Penanganan Pasien Kifli Tangel di Puskesmas Tombatu

RATAHAN, (manadotoday.co.id) – Kepala Dinas Kesehatan Minahasa Tenggara (Mitra) dr Helny Ratuliu bersama Kepala Puskesmas Tombatu Dintje kojong, Kepala Puskesmas Silian Raya dr Diana Tarore dan dokter serta petugas medis yang menangani pasien atas nama Kifli Tangel (6), melaksanakan konferensi pers di Kantor Bupati Mitra, Senin (18/7/2022).

Pada kesempatan tersebut, dr Helny Ratuliu bersama Kepala Puskesmas Tombatu dan dokter jaga saat pasien di bawah ke Puskesmas Tombatu pada tanggal 13 Juli 2022, memberikan penjelasan terkait pelayanan hingga penanganan pasien Kifli Tangel yang berusia 6 tahun.

Saat pasien tiba di Puskesmas Tombatu, petugas medis bersama dokter jaga langsung memberikan pelayanan dan pemeriksaan kepada pasien di tempat tidur UGD. Saat diobservasi, pasien mengalami deman, mual, mutah dan gelisah. Dari hasil observasi berdasarkan gejala yang dirasakan pasien, petugas medis kemudian memberikan obat.

Setelah dilakukan tindakan medis termasuk memberikan obat, pasien tidak ada perubahan dan semakin menunjukan kegelisahan. Petugas medis kemudian menyakan kepada orang tua apakah pasien sebelumnya pernah digigit anjing atau tidak. Dari situ orang tua pasien mengatakan bahwa beberapa waktu sebelumnya pasien pernah digigit anjing namun belum sempat disuntik karena saat itu kehabisan stok vaksin di Puskemas Silian.

Pada saat itu, kondisi pasien semakin menunjukan kegelisahan, orang tua (ibu) yang tidak kuat melihat kondisi anaknya kemudian mangangkat/memeluk pasien dari tempat tidur UGD dan membawanya ke luar.

Ketika berada di luar UGD, pasien semakin menunjukan kegelisahan dan terus merontak (seperti menahan sakit). Orang tua pasien pun meminta bantuan petugas medis. Saat itu demi keamanan pasien yang sudah tidak bisa lagi dikendalikan, atas permintaan orang tua untuk membantu petugas, berinisiatif mengambil kain has kemudian mengikatkannya ke tangan dan kaki pasien. Setelah itu kemudian pasien di rujuk ke RSUD Noongan.

“Pada kesempatan ini kami ingin menjelaskan, bahwa penangan yang dilakukan kepada pasien sudah sesuai dengan standar pelayanan yang ada di Puskesmas. Adapun ketika pasien diikat, itu secara inisiatif dilakukan petugas medis karena permintaan orang tua untuk membantu. Dan cara itu dilakukan demi keamanan pasien termasuk orang tua dan petugas medis,”kata Ratuliu.

Adapun bahan yang diikatkan kepada pasien itu bukan bahan yang akan membuat luka tetapi kain has. Itu demi kemanan pasien.

“Kesempatan ini juga kami perlu menjelaskan, bahwa pihak petugas kesehatan dari Puskesmas Tombatu tidak pernah memngeluarkan vonis bahwa pasien tersebut mengidap rabies. Catatan media yang dikeluarkan pihak Puskesmas Tombatu melalui dokter jaga dan petugas medis adalah dengan diagnosa rujukan yaitu Suspek Rabies. Selanjutnya setelah di rujuk ke RSUD Noongan, diagnosa dokter menyebutkan pasien Rabies,”lanjutnya menjelaskan.

Sementara terkait dengan video yang beredar, ia menegaskan bahwa video itu bukan dari tenaga medis.

“Artinya pihak Puskesmas tidak pernah menyebarluaskan video yang memperlihatkan kondisi pasien yang saat itu berada di lantai, diikat dan dalam kondisi yang memperihatinkan. Sebab petugas medis selama pasien berada di Puskesmas Tombatu dalam waktu kurang lebih 1 jam 30 menit berusaha memberikan pelayanan yang maksimal. Demikian keterangan yang dapat kami sampaikan, atasnya diucapkan terima kasih,”pungkasnya.(*/ten)