AAI Pengda Sulut: Museum Holocaust di Tondano Layak Jadi Objek Wisata Budaya

Wakil Sekretaris AAI Pengda Sulut Franky Mocodompis

MANADO, (manadotoday.co.id) – Sejak diresmikan pada tanggal 27 Januari 2022, Museum Holocaust yang berlokasi di Tondano, Kabupatan Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara, terus menuai pro dan kontra.

Salah satu yang kontra adalah Ketua MUI bidang Hubungan Luar Negeri Sudarnoto Abdul Hakim. Sudarnoto meminta agar pembangunan Museum Holocaust itu dihentikan karena melukai segenap masyarakat Palestina.

Selain itu, Anggota DPR RI dari Partai Keadilan Sejahtera Sukamta mengaitkan pendirian Museum Holocaust di Tondano erat dengan penjajahan Israel terhadap Palestina serta bertentangan dengan dukungan pemerintah terhadap kemerdekaan Palestina.

Di lain pihak, Asosiasi Antropologi Indonesia (AAI) Pengurus Daerah Sulawesi Utara (Sulut) lewat Wakil Sekretaris Franky Mocodompis menilai, konten yang ditampilkan dalam Museum Holocaust di Tondano identik dengan keluhuran nilai budaya masyarakat Minahasa.

“Sebagai etnis terbesar di Provinsi Sulawesi Utara, Minahasa terkenal dengan nilai budaya kegotongroyongan yang disebut Mapalus. Dalam stratifikasi sosial orang Minahasa juga tidak mengenal sistem pemerintahan seperti kerajaan. Yang ada hanyalah pemimpin Mapalus yang disebut Meweteng. Dalam bermapalus, sikap saling menghargai, baku saling kase perhatian, dan kesetaraan, merupakan nilai yang dominan. Senantiasa berlaku sopan terhadap orang, tersenyum, dan mengajak singgah sebentar untuk baku pasiar, telah menjadi indikator nilai budaya orang Minahasa menganggap kesetaraan sebagai hakikat dan eksistensi utama kemanusiaan. Pesan serupa ini jugalah yang ditampilkan pada Museum Holocaust di Tondano,” ujar kandidat kuat Ketua AAI Pengda Sulut ini ketika ditemui di Kantor Wali Kota Manado, Kamis (10/2/2022).

Menurut Ketua Himaju Antropologi tahun 1995-1996 ini, kehadiran Museum Holocaust tidak ada kaitannya dengan urusan diplomasi antar negara. Apalagi, pihak pendiri sudah berulangkali menjelaskan, tujuan utama pembangunan Museum Holocaust di Tondano justru untuk membangun edukasi terhadap bahaya rasisme dan kebencian, dan itu identik dengan nilai budaya masyarakat Minahasa.

“Justru kami di Sulawesi Utara mempertanyakan motifasi di balik wacana pembongkaran Museum Holocaust. Kalau di negara lain Museum Holocaust-nya dibongkar itu kebijakan negara masing-masing dan saya yakin di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi, Indonesia telah tumbuh menjadi Negara Pancasila yang menghargai kemajemukan,”ujarnya.

Bahkan, Mocodompis berharap Museum Holocaust Tondano dapat dijadikan objek wisata baru di Sulawesi Utara yang dapat dikembangkan bersama oleh Bupati Minahasa Roy Roring dan Gubernur Olly Dondokambey.

“Saya yakin terangkatnya isu tentang wacana pembongkaran Museum Holocaust justru menyadarkan kita bahwa ada nilai budaya Tou Minahasa yang menghargai kesetaraan dan keragaman, anti rasisme dan anti kebencian. Ini bisa jadi momentum untuk menjadikan Museum Holocaust Tondano sebagai ikon Wisata Budaya di Sulawesi Utara,”pungkas aktivis GMKI dan Pemuda GMIM.(*)