Pilkada Minsel, Angka Golput Diprediksi Tinggi

Pilkada Minsel, Pilkada 2015, golput
Pilkada

AMURANG, (manadotoday.co.id) – Kendati Komisi Pemilihan Umum (KPU) terus melakukan sosialisasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak, namun diprediksi hajatan pesta demokrasi di Kabupaten Minsel, angka golongan putih (golput) sebutan untuk wajib pilih yang tidak mau memberikan hak suara, masih tergolong tinggi.

Dari penelusuran manadotoday.co.id, di sejumlah wilayah yang ada di kabupaten Minsel, tingginya kemungkinan angka golput ini, dipengaruhi oleh faktor pemilih yang pragmatis, karena tidak menerima “bingkisan” bisa berupa uang dan barang dari pasangan calon menjelang waktu pemilihan.

“Terus terang kami tidak akan memilih karena tidak diberi sesuatu oleh tim sukses paslon. Ada uang ada suara,” ujar Willy M warga asal Kecamatan Amurang Barat. Lain halnya dengan Donny L warga Kecamatan Tenga dan Vendy T warga Tatapaan, yang mengaku menunggu serangan fajar dari paslon, namun hingga menjelang pagi hari tak kunjung mendapatkan. “Kami tidak akan memilih karena tidak ada mendapatkan apa-apa,” kata keduanya.

Menyikapi hal ini tokoh pemuda Minsel Rendis Langkai, mengatakan bahwa sudah menjadi rahasia umum kategori pemilih yang termasuk dalam golongan pencari uang tunai sangat banyak jumlahnya.

“Artinya jika tidak ada uang dari salah satu paslon pemilih pragmatis tersebut dipastikan tidak mau memilih,” kata Rendis Langkai salah satu generasi muda Minsel.

Kondisi ini sendiri menurut Langkai, sebab sebagian besar masyarakat yang tergolong wajib pilih, sudah terbiasa bahkan sudah dibiasakan dengan adanya pemberian tim sukses/tim pemenangan pasangan calon, pada H-2 atau H-1 sebelum melakukan pencoblosan di TPS. Apalagi untuk Pilkada Minsel, di sebagian besar wilayah pemilih pragmatis tidak mendapatkan “sentuhan” dari tim sukses paslon hingga pencoblosan.

“Faktor lainnya dikarenakan ada kekecewaan terhadap paslon atau paslon yang akan dipilih tidak sesuai dengan harapan. Selain itu juga, banyak warga (terlebih warga beragama Kristen) yang memilih bekerja ketimbang datang di TPS dikarenakan focus menghadapi perayaan Natal yang sudah tidak lama lagi dirayakan,” tambahnya.

Meski begitu ia berharap para wajib pilih di Indonesia terlebih di Minsel, akan lebih dewasa memilih pemimpin tanpa harus dibayar.

“Sehingga pilkada berintegritas, jujur dan adil serta bertanggungjawab akan terwujud, dan menghasilkan pemimpin yang takut akan Tuhan dan bertanggungjawab serta berkualitas,” pungkasnya. (lou)