SULUT, (manadotoday.co.id) – Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa dan Masyarakat Adat bekerjasama dengan Pemprov Sulawesi Utara (Sulut), menggelar Rapat Koordinasi Layanan Kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa (TYME) dan Masyarakat Adat, di gelar di Ruang Mapalus Kantor Gubernur Sulut, Selasa (11/10/2022).
Dalam kesempatan itu, Gubernur Olly Dondokambey yang diwakili Pj. Sekdaprov Sulut, Praseno Hadi mengatakan, Patut kita syukuri bahwa Sulut ini sangat beragam, dengan slogan yang dulu ‘Torang Samua Basudara’ dan ditambah lagi dengan slogan ‘Torang Samua Ciptaan Tuhan’.
“Kami berharap Sulawesi Utara tetap menjadi laboratorium kerukunan antar umat beragama dan aliran kepercayaan maupun adat istiadat di Indonesia,” ungkapnya.
Dikatakan Praseno, ini merupakan modal utama di Sulut, kehidupan yang tentram, damai, aman, karena TNI/Polri dan seluruh unsur bersatu padu mengamankan kondisi Sulut, sehingga pembangunan bisa berjalan terus, dan kehidupan bermasyarakat relatif aman dan terkendali.
“Ini merupakan modal utama bagi Sulut. Saat ini dengan desakan teknologi, sudah menuju ke era 4.0 maupun mengarah pada era 5.0, bukan dari sisi fisik, tapi dari sisi mental dan pengetahuan juga,” ucapnya.
“Pak Gubernur juga sangat mengapresiasi kepada Pak Dirjen yang berkenan membuat acara di Sulut ini, sehingga kita bisa bertemu dan sharing berbagai informasi yang bisa mendapatkan rekomendasi yang perlu bersama-sama kita lakukan untuk menjaga keutuhan dan tetap mempertahankan label, Sulut sebagai Laboratorium Kerukunan Antar Umat Beragama,” sambungnya.
Praseno menambahkan, slogan Torang Samua Ciptaan Tuhan, tidak hanya antar manusia dengan Tuhan, atau pun sekitar dengan diri sendiri, kita semua berdamai, sama-sama melaksanakan aktifitas masing-masing tapi harus menjunjung tinggi kedamaian.
“Karena kita semua harus sadari kita semua di ciptakan oleh Tuhan,” tandas Praseno, sembari membuka secara resmi kegiatan tersebut.
Usai kegiatan, Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid, mengungkapkan dalam rakor tersebut, pihaknya fokus pada kebijakan secara umum.
“Kita juga memberi informasi mengenai peraturan perundang-undangan baru, dan juga beberapa komitmen internasional yang sekarang ini memayungi upaya kemajuan budaya di Indonesia,” ujarnya.
Lanjut Farid, dengan adanya pertemuan ini yang dihadiri oleh kab/kota dari Sulut, diharapkan kebijakan di bidang kebudayaan ini betul-betul bisa mengakar dan menjadi panduan, terutama yang bekerja di bidang kebudayaan.
“Sehingga program tujuan besar Indonesia 2045 ini bisa tercapai. Tentu ada kerja keras juga yang harus kita lakukan dan koordinasi yang terus menerus,” tukasnya.
Sementara Deputi Bidang Revolusi Mental Pemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olah Raga Kemenko PMK, Didik Suhardi menitipkan pesan, bahwa strategi kebudayaan itu ada perlindungan dan pelestariannya, termasuk bagaimana mengembangkan budaya daerah ini sehingga menjadi bagian dari budaya nasional.
“Daerah Sulut ini kan merupakan tujuan wisata, menurut saya sangat cocok untuk menonjolkan budayanya. Karena turis asing seperti Korea sangat suka dengan sifat yang unik, akan sangat bagus jika itu dikembangkan di Sulut,” tandasnya.
Turut hadir dalam kegiatan itu, Bupati/Wali Kota dari 15 Kabupaten/Kota di Sulut, Forkopimda Sulut, Christriyati Ariani, Ketua Pokja Advokasi Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat Kemdikbudristek, Kadis Kebudayaan Sulut Janny Lukas, dan undangan lainnya. (ton/*)