Jerry Sambuaga: Kekuatan Produk Terletak Pada Inovasi

Jerry Sambuaga: Kekuatan Produk Terletak Pada Inovasi
Jerry Sambuaga: Kekuatan Produk Terletak Pada Inovasi

MANADO, (manadotoday.co.id) – Wamendag Jerry Sambuaga mengatakan, kekuatan produk Indonesia saat ini terletak pada inovasi.

“Kelihatannya sederhana, tetapi semua produk sebenarnya terletak pada bagaimana ia diinovasikan sehingga punya nilai tambah. Semua pada dasarnya punya peluang ekspor, asal ada nilai tambah sehingga konsumen memang akhirnya membutuhkan produk tersebut.” Kata Wamendag, usai ikut serta bersama Menteri Perdagangan Agus Suparmanto dalam pelepasan ekspor 20 ton bawang goreng Indonesia ke Malaysia beberapa hari yang lalu.

Jerry mengatakan, inovasi dilakukan dalam beberapa tahap produk yaitu dalam produksi, penanganan pasca produksi, pengemasan, pemasaran dan pengiriman. Fokus Kementerian Perdagangan adalah mendorong dan membantu inovasi dalam pengemasan, pemasaran dan pengiriman.

Lebih lanjut Wamendag mengemukakan bahwa inovasi dalam produk komoditas Indonesia, khususnya komoditas pertanian akan menguntungkan bukan hanya perluasan akses pasar tetapi juga akan mengangkat kesejahteraan petani dan mereka yang bekerja di sector tersebut.

“Sekarang bayangkan, dalam panen raya bawang merah di brebes, kadang kala harganya jatuh sehingga petani rugi, mereka yang bekerja sebagai buruh juga ikut terdampak. Semua terdampak. Nah, kalau bawang merah itu dkelola dengan inovasi lebih lanjut tentu akan menekan dampak kerugian itu. Termasuk dalam hal ini dijadikan bawang goreng, dibuat lebih awet dan kemudian dipasarkan di negara lain.” Tambah Jerry.

Jerry berharap petani atau pengrajin dan produsen di sector komoditas yang lain juga mengambil inspirasi dari ekspor bawang merah ini. Ia mencontohkan produk jengkol dan petai yang ternyata juga punya pasaran di luar negeri.

“Nah, kalau jengkol dan petai saja punya potensi ekspor, tentu komoditas yang lain seperti buah-buahan maupun kacang-kacangan dan lain-lain bisa juga diekspor. Kita pasti bantu dalam pembukaan akses pasar dan hal-hal yang berkaitan dengan perdagangan lainnya.”

Ia menekankan pentingnya pendekatan budaya sebagai bagian dari perluasan perdagangan. Ia mencontohkan bagaimana Jepang dengan bangganya memasarkan teh ocha. Teh ini laku sekali di Indonesia meskipun Indonesia sendiri punya berbagai macam jenis teh yang lebih enak daripada teh ocha. Hal yang sama terjadi di sector makanan yang lebih berat seperti sushi.

“Dulu orang Indonesia merasa kurang sreg kalau harus menyantap sushi mengingat budaya Indonesia yang biasa memasak makanan sampai matang. Tetapi dengan pemasaran berbasis budaya, akhirnya sekarang kita juga jadi penikmat sushi. Nah dari situlah kita bisa memainkan produk-produk kita agar dengan mudah diterima oleh negara lain,” Imbuh mantan anggota Komisi I tersebut.

Pendekatan inovasi yang komprehensif menjadi titik tekan Wamendag. Menurutnya pendekatannya bukan hanya dari segi teknis semata tetapi juga dari segi sosial dan budaya. Ia ingin produk-produk Indonesia bukan hanya dinilai dari rasa tetapi juga punya aspek sentuhan emosional tersendiri.

“Dengan sentuhan emosional itu, ada cerita dari setiap produk kita. Dan pada akhirnya akan timbul loyalitas untuk memakai produk Indonesia. Bukan hanya produk yang sudah mainstream di dunia internasional, tetapi juga produk-produk yang uni dan khas Indonesia.” tambah Wamen milenial tersebut.(*)