Varian Baru Covid-19 Kembali Ditemukan, Paling Bermutasi dan Kemungkinan Kebal Vaksin

Ilustrasi Covid-19 (foto: Pixabay)

MANADOTODAY.CO.ID – Varian baru dari Covid-19 kembali muncul. Kali ini lebih mengkhawatirkan karena dikatakan hampir ‘dua kali’ lebih menular seperti jenis lainnya.

Dikenal sebagai C.1.2, varian ini pertama kali tercatat di Afrika Selatan pada bulan Mei, dan sejak itu terlihat di Selandia Baru, Inggris, Cina, Republik Demokratik Kongo, Mauritius, Portugal, dan Swiss.

Institut Nasional untuk Penyakit Menular Afrika Selatan mengatakan, jenis virus tersebut telah ‘bermutasi secara substansial’ dari virus Covid-19 asli. Faktanya, ini adalah bentuk paling bermutasi dari virus corona Wuhan sejak pandemi dimulai.

“C.1.2 sangat jauh bermutasi dari C.1. Kami saat ini meneliti dampak varian ini pada netralisasi antibodi setelah infeksi SARS-CoV-2 atau vaksinasi terhadap SARS-CoV-2 di Afrika Selatan. C.1.2 berisi beberapa substitusi dan penghapusan dalam protein spike yang telah diamati pada varian lainnya, dan dikaitkan dengan peningkatan transmisibilitas dan penurunan sensitivitas netralisasi,” bunyi rilis penelitian dari Institut Afrika Selatan.

“Yang lebih memprihatinkan adalah akumulasi mutasi tambahan yang juga cenderung berdampak pada sensitivitas netralisasi atau pembelahan furin dan juga kekuatan bereplikasi,”tambah rilis tersebut.

Disebutkan juga bahwa C.1.2 menunjukkan peningkatan infeksi yang sama ketika varian Beta dan Delta muncul, namun yang paling mengkhawatirkan adalah jumlah mutasinya.

Epidemiolog Eric Ding menyebut, varian baru itu bisa ‘lebih menular’ darip yang asli dan juga bisa ‘kebal vaksin’.

“C.1.2 juga memiliki tingkat mutasi yang hampir **dua kali lebih cepat** dari tingkat varian lainnya. Apa artinya itu? Ini berarti bahwa varian C.1.2 telah bermutasi begitu cepat dan jauh sehingga sekarang menjadi varian paling termutasi yang pernah ditemukan hingga saat ini!,”tulisnya dalam akun Twitter.

“Ini telah jauh bermutasi secara genetik dari strain Wuhan 1.0 asli – dan menyiratkan potensi masalah untuk vaksin 1.0. Delta datang dari India (dengan sangat sedikit vaksin tetapi tingkat infeksi tinggi) dan begitu juga C.1.2 dari Afrika Selatan yang juga memiliki tingkat vaksinasi penuh 8 persen yang sangat rendah, tetapi gelombang pandemi yang besar,”tambahnya.(*/ryan)