Jubir Satgas Covid-19 Sulut: Vaksin AstraZeneka Aman

Dinkes Pemprov Sulawesi Utara, Debie Kalalo, Satgas Covid-19 Provinsi Sulut, Steaven Dandel, Vaksin AstraZeneka, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi, KIPI,

Juru Bicara Satgas Covid-19 Provinsi Sulut dr. Steaven Dandel.

SULUT, (manadotoday.co.id) – Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemprov Sulawesi Utara (Sulut) dr. Debie Kalalo, melalui Juru Bicara Satgas Covid-19 Provinsi Sulut dr. Steaven Dandel, menegaskan Vaksin AstraZeneka aman untuk digunakan.

Menurut Dandel, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang rata-rata dialami penerima vaksin dengan sejumlah keluhannya seperti demam, menggigil, sakit kepala, badan terasa sakit dan lemas adalah normal dan lumrah.

“Fakta ini berkembang terus bahwa apa yang dialami penerima vaksin adalah lumrah. Munculnya KIPI dalam bentuk gejala demam, menggigil, nyeri badan, nyeri tulang, mual dan muntah adalah efek samping (adverse effect) dari vaksin AstraZeneca yang sifatnya sangat sering terjadi (Very Common, artinya 1 diantara 10 suntikan) dan sering terjadi (common -1 diantara 10 sampai dengan 1 diantara 100),” jelasnya.

Disampaikan Dandel, sejauh ini Dinas Kesehatan telah menerima 355 keluhan kasus. Tidak didapati kasus yang serius atau pun mengkhawatirkan, sehingga membuktikan bahwa vaksin AstraZeneka aman. Tentang dua kasus keluhan sesak nafas saat vaksinasi, ternyata setelah dicek, hasil pemeriksaan medisnya baik. Itu artinya, sesak nafas yang muncul karena adanya rasa cemas yang berlebihan.

“Keluhan yang disampaikan masih tergolong ringan dan tidak mengkhawatirkan. Dan untuk keluhan yang diterima, setelah dicek kesehatannya penerima vaksin yang katanya sesak nafas, ternyata hanya cemas yang berlebihan,” tandasnya.

Lanjut Dandel, jumlah penerima vaksinasi AstraZeneka hingga Sabtu (27/3/2021), berjumlah 5.215 orang.

“Kita akan menghabiskan sebanyak 50 ribu dosis hingga akhir Mei 2021 mendatang. Dan akan ditambah lagi 50 ribu dosis,” ungkapnya.

Dandel menjelaskan, penggunaan AstraZeneka yang dilakukan sudah sesuai skema. Demikian juga ketika dilakukan penghentian sementara, hal itu sebagai upaya untuk menyusun skema resiko.

“Kami tidak pernah ada statemen bahwa AstraZeneka bermasalah, KIPI ini selama penelitian uji klinis range-nya aman,” ucapnya.

Sementara untuk pemberian vaksinasi di lingkup institusi, Dandel menyebutkan akan dilakukan bertahap. Tujuannya, supaya penerima vaksinasi akan dijadwalkan pada tiga hari yang berbeda. Dengan demikian ketika ada yang mengeluh sakit dapat diantisipasi. Langkah ini perlu dilakukan untuk menyesuaikan pola dan pendekatan vaksinasi terutama yang targetnya adalah unit usaha atau institusi.

“Supaya tidak dilakukan dalam waktu yang bersamaan terhadap karyawannya. Tetapi bertahap, agar supaya unit usaha tidak perlu ditutup kalau ada banyak karyawan yang terdampak KIPI,” tandasnya.

“Kepada calon penerima vaksin akan disampaikan tentang efek samping dari Astra Zeneka. Nantinya juga akan disediakan obat penurun panas,” ujarnya.

dr Dandel juga menjelaskan bahwa satu dosis vaksin AstraZeneka, diketahui 75 persen efektif mencegah Covid-19. Sedangkan Sinovac 65 persen.

“Kami perlu mempersiapkan komunikasi resiko kepada masyarakat untuk dapat menerima fakta ini. Supaya tidak terjadi kepanikan di masyarakat. Komunikasi risiko yang diambil, langkah pertamanya didahului dengan investigasi oleh Komda KIPI bersama Dinkes, Kemenkes dan WHO, sebelum dilakukan,” terangnya. (ton)