SULUT, (manadotoday.co.id) – Pemprov Sulawesi Utara (Sulut) menggelar peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-108, Jumat (20/5/2016). Peringatan yang dilaksanakan di halaman kantor gubernur ini, dipimpin Gubernur Olly Dondokambey.
Saat membacakan sambutan tertulis Menkominfo Rudiantara, Dondokambey mengatakan, komitmen terhadap NKRI penting untuk terus diingatkan, mengingat setelah sekian lama berdiri sebagai bangsa, ancaman dan tantangan akan keutuhan NKRI tidak selangkah pun surut.
“Ancaman apapun NKRI tetap utuh. Bahkan melalui kemajuan tehnologi digital, ancaman radikalisme dan terorisme misalnya mendapat medium baru untuk penyebaran paham dan praktiknya,” ujar Dondokambey.
BACA JUGA:
Potensi Wisata di Minsel Butuh Perhatian Serius Pemerintah
ITTO Lirik Pengembangan Kayu Cempaka di Minsel
JWS Irup Peringatan Harkitnas di Minahasa
SD Inpres 4/82 Motoling, Sekolah Yang Tak Akan Didatangi Murid Jika Hujan
Diklat PIM IV Angkatan X Tomohon Dibuka
Wah, Ada Oknum Mengaku Tim Sukses ODSK Minta Fee, Jabatan dan Proyek
Kata dia, menghadapi permasalahan ketahanan bangsa secara cultural, munculnya kekerasan dan pornografi, misalnya terutama yang terjadi pada generasi muda adalah satu dari beberapa permasalahan kultural utama bangsa ini yang akhir-akhir ini mengemuka dan memprihatinkan.
Hal itu harus diantisipasi bersama lewat bantuan masyarakat. Dondokambey menambahkan, lewat peringatan Harkitnas yang mengangkat tema “Mengukir makna kebangkitan nasional dengan mewujudkan Indonesia yang bekerja nyata, mandiri dan berkarakter”, kita menunjukan tantangan apapun yang kita hadapi saat ini harus kita jawab dengan memfokuskan diri pada kerja nyata secara mandiri dan berkarakter.
Pada peringatan Harkitnas tersebut, Dondokambey menyerahkan buku 8 (delapan) Pahlawan Nasional asal Sulut kepada Wagub Sulut, Steven Kandouw, jajaran Forkopimda Sulut, dan para tim penyusun buku tersebut. Delapan pahlawan nasional asal Sulut tersebut yakni Dr GSSJ Ratulangi, Piere Tendean, Arie Frederik Lasut, Maria Walanda Maramis, Robert Wolter Mongisidi, Laksamana Muda John Lie, LN Palar dan Bernard Wilhem Lapian. (ton)