Puskud Sulut: Kenangan, Kenyataan dan Impian

Catatan: Adri Mamangkey

SAYA mulai mengenal Pusat Koperasi Unit Desa (Puskud) Sulawesi Utara sejak tahun 1988. Ketika itu saya mulai meniti karir sebagai jurnalis di Harian Cahaya Siang (harian terbesar di Sulut ketika itu). Saya ditugaskan untuk melakukan liputan di lingkungan Kanwil Koperasi (kini Dinas Koperasi dan UMKM) Sulut.

Bahkan, saat saya pindah di Harian Manado Post dan pernah menjadi pemred di salah satu anak perusahaan Manado Post Group (kita mengelola media online manadotoday.co.id) tetap intens mengamati perjalanan Puskud dan KUD di Sulut.

Artinya, sudah kurang lebih 28 tahun saya ‘’bergaul’’ dengan lembaga ekonomi milik banyak orang ini, sampai saat ini.

Selama itu pula, saya mengikuti perjalanan Puskud Sulut. Ada beberapa ketua Puskud yang intens saya ikut. Mulai dari John Watty, Eddy Sepang, Hezky Montong, Freds Tairas dan terakhir Alfrets Pangalila. Perjalanan Puskud memang mengalami pasang surut.

Salah satu pelaku ekonomi yang beranggotakan 243 KUD ( di luar Gorontalo karena sudah ada Puskud sendiri) sempat mengalami masa jaya tahun 1990-an ketika ditunjuk sebagai pelaksana Tata Niaga Cengkih di era Badan Penyanggah dan Pemasaran Cengkih (BPPC).
Setelah itu, Puskud tidak berdaya.

‘Kekayaan’ berlimpah yang terhimpun saat pelaksanaan TNC tak mampu dikelola dengan baik. Bahkan, 10 tahun terakhir ini Puskud benar-benar terpuruk. Inilah masa-masa paling kelam dalam sejarah perjalanan Puskud Sulut selama ini. Percaya atau tidak. Pasca kepemimpinan Eddy Sepang dan Hezky Montong, Puskud praktis tidak ada kegiatan apa-apa.

Mencermati perjalanan Puskud yang sangat memperihatinkan selama 10 tahun terakhir yang sudah ’mati suri’ , maka pengurus KUD yang merupakan aggota Puskud Sulut melakukan rapat anggota untuk memilih pengurus baru untuk mengggantikan Freds Tairas dkk.

Akhirnya rapat yang digelar tanggal 4 Juni 2015 di Hotel Tountemboan itu dengan dihadiri pejabat Dinas Koperasi dan UMKM Sulut, terpilihlah pengurus baru yang diketuai Alfrets Pangalila. Pengurus yang mendampingi Pangalila adalah para wakil ketua, Hanny Kindangen, Decky Tangkudung, Jotje Worotikan, Jotam Togas, Sekretaris Ratu Dareda, wakil Jimmy Tamon dan bendahara Jemmy Tulandi.

Ternyata terbentuknya pengurus baru ini, tidak serta merta Puskud Sulut langsung jalan. Karena persoalan yang dihadapi pengurus Puskud yang baru, jauh dari perkiraan pengurus baru. Karena, kantor Puskud baik lantai 1 maupun lantai 2 sudah dikontrakan pengurus lama kepada pihak lain, sehingga praktis tidak ada lagi ruang untuk berkantor bagi pengurus.

‘’Kami terpaksa berkantor di KJA untuk sementara,’’ tutur Pangalila ketika itu.

Tak hanya itu saja persoalan yang dihadapi pengurus, ternyata semua dokomuen Puskud tidak ada di kantor.

‘’Berarti selama ini pengurus lama (Freds Tairas dkk) tidak punya kantor,’’ kata Decky Tangkudung.

Yang menambah pusing pengurus baru, menurut Sekretaris Puskud Sulut yang baru Ratu Dareda, sejak mulai berkantor tagihan terus berdatangan dari pihak ketiga, Terutama tagihan pajak. Sebab ternyata pajak-pajak semua kantor dan asset puskud sulut tidak pernah di bayar.

‘’Kantor puskud saja sudah 10 tahun tidak dibayar,’’ kata Dareda, dan ini berlaku juga pada aset- aset lain yang tersebar di kabupaten/kota lainnya di Sulut.

Demikian juga lanjut, Hanny Kindangen dan Jotje Worotikan, semua aset sudah kadaluarsa. Seperti, eks gudang di Bitung, perkebunan bangka di Inobonto, dan aset lainnya.

‘’Makanya sekarang kita prioritaskan untuk diselesaikan,’’ kata Kindangen dan Worotikan.

Lanjut, Jotam Togas yang juga wakil ketua yang baru, pengurus yang ada sekarang memang harus ekstra kerja keras karena masalah menumpuk tapi dananya tidak ada.
Pusing tujuh keliling. Untuk membangkitkan kembali Puskud entah mulai dari mana. Kantor sudah dikontrakkan, semua dokumen entah dimana, dikejar-kejar petugas pajak karena rata-rata sudah 10 tahun tidak pernah bayar PBB, dan segudang masalah lainnya. Lebih aneh lagi, pengurus lama masih mengaku-ngaku sebagai pengurus, bahkan masih bisa menjual beberapa aset.

‘’Ada beberapa aset yang mereka jual tapi dananya entah kemana. Tapi, dalam waktu dekat akan kami proses melalui jalur hukum,’’ begitu kata Pangalila ketika ditanya beberapa aset Puskud yang terjual oleh pengurus lama.

MERAJUK IMPIAN

Upaya kerja keras dan komitmen pengurus yang pantang menyerah dengan segudang persoalan, kini memberi harapan baru. Dengan berbagai kajian yang dilakukan pengurus, akhirnya diambillah keputusan untuk mengangkat direksi untuk mengelola usaha Puskud secara profesional. Artinya, untuk membenahi organisasi dan kelembagaan, serta menyelesaikan semua aset puskud yang bermasalah akan ditangani pengurus puskud dan kegiatan usaha akan diserahkan sepenuhnya kepada direksi.

‘’Direksi ini adalah orang-orang yang profesional dan kapabel dalam pengelolaan usaha,’’ kata Pangalila.

Seperti jarum ketemu benang, akhirnya pengurus Puskud mendapatkan orang-orang yang diharapkan mampu membawa puskud sulut sebagai lembaga ekonomi yang kuat dan disegani oleh pelaku ekonomi lainnya.

Orang-orang yang dimakdud ini adalah Ir Sonya Kembuan diangkat sebagai Direktur Utama dan Fabian Kaloh sebagai direktur operasional. Kembuan bukan hanya dikenal sebagai pengusaha sukses tapi juga pernah berkarir sebagai profesional di berbagai perusahaan nasional maupun multi nasional. Sonya Kembuan juga mempunyai pengalaman dalam ekspor impor barang.

‘’Inilah yang mendasari kami mengangkat Sonya Kembuan sebagi direktur utama,’’ kata Pangalila.

Dalam beberapa kesempatan saya bersua dengan Kembuan dan Kaloh, keduanya optimis bisa membawa Puskud sebagai pelaku usaha yang mampu bersaing dengan pelaku ekonomi lainnya.

‘’Salah satu kekuatan puskud adalah mempunyai jaringan sampai ke desa-desa,’’ katanya.

Menyinggung tentang programnya ke depan, Kembuan mengatakan, akan mengembangkan usaha pertanian yang modern mulai dari penanaman, pengolahan hasil sampai pemasaran.

‘’Jadi dari pengolahan hasil ini limbah pun kita akan manfaatkan. Jadi no waste,’’ katanya.

Selain itu juga akan mengembangkan usaha distribusi. Jadi kebutuhan masyarakat dan anggota yang tidak ada di daerah ini akan kita datangkan dari luar daerah. Dalam waktu dekat ini, bahkan sudah diperjalanan adalah semen instan. Yaitu semen yang sudah dicampur dengan pasir dan batu. Jadi, saat menggunakan tinggal dicampur dengan air.

‘’Mudahan apa yang kita lakukan mendapat dukungan semua pihak agar tujuan koperasi untuk mensejahterakan anggota dan masyarakat bisa tercapai,’’ tandasnya.

Sebagai orang yang intens mengamati perjalanan Puskud Sulut selama hampir 30 tahun ini, saya tentu mengancungi jempol bagi pengurus Puskud yang diketuai Alfrets Pangalila dengan merekrut orang-orang profesional.

Alasannya pertama: Pengurus yang ada sekarang betul-betul ingin memajukan Puskud tanpa berpikir untuk memperkaya diri sendiri. Sebab, dengan adanya direksi yang profesional, pengurus tidak semena-mena memakai dana yang ada di puskud untuk kepentingan pribadi, apalagi hasil usaha yang diperoleh oleh direksi.

Kedua: Relah kehilangan wewenangnya untuk mengelola usaha karena diserahkan sepenuhnya kepada direksi.

Ketiga: Kalau pun mendapat hasil dari puskud akan dilihat secara proporsional sesuai hasil usaha yang diperoleh.

Bagi yang konsen dengan koperasi, saya kira kita sepakat untuk merubah stigma bahwa KUD adalah ketua untung duluan menjadi KUD adalah Komitmen/Keuntungan Untuk Desa. Semoga.

Selamat juga buat Sonya Kembuan dan Fabian Kaloh untuk membuktikan bahwa Puskud dan KUD bukan hanya sekadar anak bawang dalam era ekonomi bebas. (***)