“Semburan Uap Panas di Tondangow Berbeda dengan Semburan Lumpur Lapindo”

Semburan uap panas di kawasan sumur produksi kluster LHD24 Dusun Tondangow
Semburan uap panas di kawasan sumur produksi kluster LHD24 Dusun Tondangow

SULUT, (manadotoday.co.id) – Humas PGE Bagus Dimas Wibisono, menyatakan, semburan lumpur di kawasan sumur produksi kluster LHD24 Dusun Tondangow, jauh berbeda dengan semburan lumpur Lapindo di Jawa Timur.

Menurut dia, semburan ini tak perlu ditakutkan secara berlebihan, pasalnya semburan tersebut hanya merupakan uap panas bersuhu 40 sampai 60 derajat celsius, dan tak beracun.

“Semburan ini bercampur tanah sehinggah terlihat seperti lumpur panas namun tak membahayakan,” ujar Bagus, dihadapan Kepala Biro SDA Setda Provinsi Sulut DR Frangky Manumpil, SPi, dan sejumlah wartawan, ketika meninjau langsung lokasi semburan, Selasa (5/1/2016).

Menurut dia, pertamina juga telah membersihkan tanah yang tercampur dengan uap air yang keluar dari dalam tanah aliran semburan uap panas tidak dialirkan ke sungai namun telah dialirkan kedalam kolam penampungan milik perusahaan.

“Kejadian ini pihak pertamina sejak tanggal 31 Desember 2015 lalu hingga saat telah melakukan penanganan dan investigasi. Telah dilakukan juga pemeriksaan hingga zona reservoir, apabila memang cashing bor bermasalah tidak mungkin mencapai kedalaman (1600 meter) pengecekan dalam waktu 3 hari,” ujarnya.

Dikatakan Bagus, pihaknya akan terus mencari penyebabnya kenapa sumur ini bisa membias sehingga mengeluarkan uap air di beberapa titik sekitar sumur.

“Factor lain keluarnya uap air karena meletusnya gunung soputan kemarin mungkin juga berdampak pada semburan sumur di Tondangow, akibat pengaruh kerak bumi yang bergeser,” terangnya.

Disinggung terkait ketakutan masyarakat seperti di Lapindo Sidoarjo, pihak pertamina menyatakan formasi batuan di daerah sumur sangat berbeda dengan di Sidoarjo.

“Lumpur yang keluar itu merupakan tanah yang terkena uap air sehingga saat tercampur menjadi seperti lumpur, namun bukan lumpur panas yang ujungnya akan mengeras seperti di Sidoarjo,” jelas Bagus.

Ia menambahkan, jika memang bermasalah sumur HD24 merupakan sumur cadangan yang menyuplai daya listrik 10 sampai 15 MW akan ditutup oleh pihak pertamina, dan diharapkan uap air tak akan keluar lagi.

“Tapi apabila sumur telah ditutup tapi masih ada manifestasi uap air dari dalam tanah, dapat disimpulkan ini merupakan gejala alami, bukan akibat aktifitas PGE di Tondangou,” tukasnya, sembari menyatakan setelah melaksanakan investigasi selama 30 hari kedepan, pihak pertamina akan menyampaikan hasilnya kepada masyarakat. (ton)