Reklamasi Lahan Kawasan Kebun Raya Megawati Soekarno Putri Perlu Lahirkan Manfaat bagi Warga Sekitar

Reklamasi Lahan Kawasan Kebun Raya Megawati Soekarno Putri Perlu Lahirkan Manfaat bagi Warga Sekitar

RATAHAN, (manadotoday.co.id) – Kebun Raya Megawati Soekarno Putri di Ratatotok, Minahasa Tenggara, diharapkan mampu berkontribusi pasca keberadaan PT Newmont Minahasa Raya (NMR). Seperti misal tanah bekas pertambangan mampu memberi manfaat baru di areal lokasi yang mencapai 221 hektar tersebut.

Hal itu diungkapkan ketua tim peneliti dari jurusan Tanah Faperta Unsrat Manado Dr Ir Ronny Soputan MP didampingi Sekjur Tanah Ir Yanni Kamagi MP dan Dr Ir Diane Pioh MSi di lokasi kebun raya tersebut.

Selasa (20/4) siang tim peneliti Unsrat melakukan kunjungan ke lokasi dimaksud. Dan langsung melakukan pertemuan bersama pihak PT Sejahtera Energi Jaya (SEJ), perusahaan tambang baru di lokasi tersebut.

SEJ sendiri telah beraktifitas dan disebut telah mengantongi ijin produksi setelah beberapa waktu lalu baru sebatas eksplorasi.
Pihak peneliti bersama SEJ juga didampingi pihak kepolisian di lokasi tersebut sama-sama mengakui dan memaklumi adanya argumen terkait pasca berakhirnya NMR. Bahwa, di lokasi tersebut telah terjadi penurunan kualitas tanah akibat pertambangan lalu.

Namun itu bukan berarti sebuah pembenaran. Hanya saja perlu ada penelitian sekaligus melakukan pembaharuan agar lahan benar terjaga.

Reklamasi Lahan Kawasan Kebun Raya Megawati Soekarno Putri Perlu Lahirkan Manfaat bagi Warga Sekitar

“Sekarang apakah reklamasi lahan yang dilakukan di kawasan ini sudah memberi efek positif bagi masyarakat di lingkar tambang atau belum,” kata Soputan.

Karenanya harus ada sinergitas antara dunia akademisi dengan kajian ilmiah bersama pihak SEJ. Dan ini akan menjadi loncatan besar.
Manfaat baru itu misalnya terkait jasa lingkungan. Antara lain, ketersediaan volume air cukup dan memadai bagi masyarakat sekitar. Dan juga menghindarkan masyarakat kalau pun adanya ancaman lingkungan.

“Kajian kerja sama ini akan menjadi contoh sekaligus pilot projek bagi daerah lain yang memiliki karakteristik tanah yang mirip,” kata Soputan, jebolan S3 dari Universitas Brawijaya Malang. (ram)