Turambi: Miliki Nilai Historis, Pusat Kota Tomohon Jangan Dirobah Jadi Areal Bisnis

TOMOHON, (manadotoday.co.id)—Pemerhati sejarah Kota Tomohon Judie J Turambi SH mengingatkan Badan Pekerja Majelis Sinode (BPMS) agar tidak merobah pusat Kota Tomohon menjadi areal bisnis karena memiliki nilai historis yang tinggi.

“Kawasan Pusat Koyta Tomohon memiliki nilai historis religius tinggi. Aset GMIM yang berada di pusat Kota Tomohon jangan dirobah fungsinya menjadi areal bisnis namun sebaiknya direncanakan dengan baik menjadi sebuah kawasan wisata religius agar relevan dengan Tomohon sebagai Kota Religius,’’ tegas Turambi.

Kalau menjadi areal lain katanya, sama dengan memutus mata rantai jejak sejarah penginjilan Kristen Protestan masuk Tomohon. Kawasan yang menyatu dengan halaman Gereja Sion adalah saksi akan kehadiran Kristus melalui injil Protestan dan Pendidikan Kristen masuk Tomohon yang ketika itu terdiri dari Walak (distrik/kini wilayah) Tomohon, Walak Sarongsong dan Walak Kakaskasen.

Ditempat itu, Injil diperkenalkan pertama kali oleh Zendeling (pekabar injil)Pdt Adam Mattern (asal Jerman) utusan NZG (Nederlandshe Zendeling Genootschap/Badan Pekabar Injil Belanda) kepada orang –orang Tomohon ketika itu yang masih berkeyakinan agama suku alifuru. Tahun 1839, Pdt Adam Mattern melakukan baptisan pertama kali terhadap 6 orang pribumi Tomohon yang masuk Kristen Protestan seperti Alexander Wajong dan Samuel Elias.

Dibaptisnya orang-orang pribumi ini lalu dikenal dengan nama Jemaat mula-mula atau jemaat pertama Tomohon.

Pdt Nicolaas P Wilken/pengganti Adam Mattern di tempat itu membaptis 4 ‘murid piara’ pribumi yakni Corneles Wohon, Jusuf Tumbelaka, Herling Turambi dan Wihelmina Lenzun.

Th 1847 Pdt Wilken berhasil membaptis Major Mangangantung Palar/Kepal Walak Tomohon masuk Protestan. Setelah memeluk Kristen, Major Mangagantung lalu menghadiahi halaman/tanah milik Walak Tomohon itu kepada Pdt Wilken untuk dikelola oleh NZG.

Di tempat itu th 1848 Pdt Wilken mengadakan perjamuan kudus pertama Tomohon. Lahan belakang ex pompa bensin, dulu pernah berdiri rumah Major Mangangantung Palar, ‘Stovil’ (sekolah agama pribumi), rumah direktur Stovil/Pdt. AZR Wenas (sempat tinggal di situ), asrama Stovil dan pernah dijadikan markas tentara Jepang lalu asrama polisi. Gereja Sion menjadi tempat deklarasi GMIM berdiri dan sejak th 1934 menjadikan Tomohon episentrum GMIM.

‘’Jadi, jika akhirnya sudah dirobah fungsi dan menjadi lokais kegiatan bisnis, maka habislah cerita sejarag Kristen Protestan mula-mula di Kota Tomohon,’’ tukas Turambi. (ark)