Masalah Setoran RS Bethesda Picu Yayasan Medika Ngotot Ganti Direksi

Wakil Sekretaris Yayasan Medika Dr dr Yuanita Asri Langi Sp PD-KEMD
Wakil Sekretaris Yayasan Medika Dr dr Yuanita Asri Langi Sp PD-KEMD memberikan penjelasan kepada karyawan RS Bethesda saat aksi demo Jumat (14/1/2022)

TOMOHON, (manadotoday.co.id)–Terkuak sudah alasan Yayasan Medika Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) ngotot mengganti direksi Rumah Sakit Bethesda GMIM yang berlokasi di Kota Religius Tomohon, yakni uang atau setoran ke yayasan.

Di sela aksi para karyawan RS Bethesda Jumat (14/1/2022), direksi RS Bethesda melalui Natalia-salah satu karyawan yang dipercayakan–membacakan rinci mulai dari masalah setoran hingga Yayasan Medika mengganti direksi.

Dalam penjelasannya, Oktober 2020 yayasan meminta agar pihak rumah sakit menghentikan pembayaran hutang ke Kimia Farma.

19 November 2020 dilaksanakan rapat yayasan dengan direksi dan pihak yayasan meminta agar insentif direksi dihapus. Sebagai ganti tunjangan dinaikkan. Diketahui, insentif direksi senilai 3 persen dari pendapatan, di luar tunjangan.

24 November 2020, yayasan menerbitkan SK tentang tunjangan direksi yang telah dinaikkan. Hanya saja, direksi tetap berpegang pada ada insentif dengan tunjangan tetap.

”Alasan direksi, insentif adalah pemicu kinerja sehingga akan terus berupaya membuat yang terbaik. Sementara kalau hanya tunjangan, direksi bisa saja menjadi masa bodoh mau maju atau tidak, yang penting yetima tunjangan yang lumayan,” kata Natalia membacakan penjelasan direksi.

Pada Januari 2021, pihak rumah sakit rapat dengan yayasan dan diputuskan setoran atau sentralisasi rumah sakit senilai Rp270.633.000 perbulan atau sekira Rp3,25 miliar pertahun.

Baru berselang dua bulan, yakni 3 Maret 2021, direksi menerima surat penegasan dari Yayasan Medika di mana sentralisasi RS Bethesda naik menjadi Rp350.000.000 perbulan.

12 April 2021 pihak RS Bethesda menerima surat peringatan dari Yayasan Medika yang isinya menunggak sekira Rp900.000.000 agar segera dibayar. Pihak RS Bethesda juga menerima surat agar mengembalikan insentif 3 persen yang diterima direksi.

28 April 2021, RS Bethesda menyetor sentralisasi ke Yayasan Medika sesuai yang disepakati yakni Rp270.633.000 perbulan untuk Januari hingga Maret 2021

Itupun dipotong Rp.500.000.000 yang sudah disetor duluan sebelum 28 April 2021.

Padahal, sesuai hasil Sidang Majelis Sinode Tahunan (SMST) Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM), sentralisasi RS Bethesda hanya Rp1,2 miliar pertahun atau Rp100.000.000 perbulan.

3 Mei 2021, pihak RS menerima Surat Peringatan (SP) 1 dari Yayasan Medika perihal tunggakan sentralisasi dan pengembalian insentif 3 persen. Pihak Yayasan berpatokan pada nilai yang mereka tetapkan yakni Rp350.000.000 perbulan. Karena RS Bethesda hanya membayar sesuai yang disepakati, selisihnya dijadikan tunggakan.

Hanya berselang 2 Minggu, RS Bethesda menerima SP 2. isinya sama dengan SP 1.
Meski begitu pihak direksi bersedia mengembalikan insentif 3 persen yang telah diterimanya. Ini dibuktikan dengan surat yang dilayangkan ke Yayasan Medika pqda 29 Mei 2021.

”Pada 4 Juni 2021, Yayasan Medika meminta agar mengembalikan insentif direksi senilai Rp890.123.866.000 dengan diberi waktu hingga akhir pembukuan tahun 2021 ke rekening Yayasan Medika,” kata Natalia membacakan penjelasan pihak direksi.

Mendapat pemberitahuan soal jumlah yang harus dikembalikan, pihak direksi menolaknya karena jumlah tersebut tidak sesuai dengan nilai insentif yang mereka terima. Dikirimlah surat ke Yayasan Medika pada 5 Juni 2021 tentang ketidaksesuaian jumlah yang diminta yayasan dengan yang diterima direksi.

Dalam surat tersebut pihak direksi menyebut pengembaliannya disetor lewat rekening operasional rumah sakit karena bukan sebagai sentralisasi.

Direksi akhirnya mengambil keputusan untuk menyetor sentralisasi ke Yayasan Medika senilai Rp350.000.000 perbulan. Pembayaran dilakukan selang 7 Oktober-30 Oktober 2021 dan tunggakan yang diminta Yayasan Medika tetap dibayar.

5 Januari 2022, RS Bethesda mengirim surat pemberitahuan ke Yayasan Medika tentang penyelesaian pengembalian insentif direksi 3 persen sesuai jumlah yang mereka terima. Karena tetap mengembalikan insentif, direksi mengambil jumlah tunjangan baru yang ditetapkan yayasan. Jadi, kelebihan dana di tunjangan ditutupi di pengembalian insentif.

”Yayasan Medika tidak menerima pengembalian insentif sesuai jumlah yang diterima direksi tapi sesuai perhitungan yayasan dan harus disetor ke rekening yayasan,” jelas Natalia.

Karena terus didesak disetor ke rekening yayasan, akhirnya pihak RS Bethesda menyetujuinya dan dipindahkan ke rekening yayasan.

Kendati telah memenuhi semua permintaan yayasan walaupun ada yang menyalahi ketentuan dan kesepakatan, namun pihak Yayasan Medika rupanya sudah bertekad mengganti direksi walaupun SK mereka nanti berakhir tahun 2024.

Buktinya, 12 Januari 2022 pihak RS Bethesda menerima undangan dari Pembina dan Yayasan Medika untuk menghadiri pelantikan direksi RS Bethesda yang baru. Undangan diterima pukul 09:00 Wita sementara pelantikan pukul 10:00 Wita pada hari itu juga.

Di akhir penjelasan direksi, RS Bethesda juga waktu lalu diminta oleh Yayasan Medika menyetor Rp300.000.000 untuk mengatasi masalah RS Siloam Sonder.

Pihak Yayasan Medika sendiri melalui Wakil Sekretaris Dr dr Yuanita Asri Langi Sp PD-KEMD mengakui apa yang dibacakan Natalia. Menurutnya, itu semua benar.

Soal  insentif direksi yang dikembalikan dan disetor ke rekening yayasan, menurutnya itu hanya sementara dan akan dikembalikan.

Sedangkan untuk sentralisasi, digunakan untuk menutupi kekurangan gaji pegawai Sinode GMIM.

”Tiga ratus sampai lima ratus juta ini tidak berdiam di kas yayasan tapi disetor di sinode untuk menutupi gaji pelayan gereja, pendeta dan guru agama. Ngoni tau itu?” kata dr Langi kepada karyawan RS Bethesda (ark)