Harapan di Balik Rindu Seniman Manado Miliki Gedung Kesenian Representatif

Adrey Laikun (kameja biru dongker) saat berbincang dengan Dramawan Sulut Aldes Sambalao

SOSOK Politisi Adrey Laikun, ST sejak dilantik untuk menjadi Anggota DPRD Kota Manado pada 14 Agustus 2019, kini menjelma menjadi “mantra” dalam alur sejarah politik di atas lanskap 3 kecamatan berjuluk Manado Utara.

4 tahun bukanlah usia panjang untuk seorang politisi di Indonesia. Dalam carut-marut kultur politik di negeri ini, banyak politisi dalam waktu hidup yang sangat singkat. Tapi di tiga kecamatan di ujung Utara Kota Manado, Kakak Adrey yang tergolong hanya seumur jagung mampu terus menyerbu dan mengisi belantika politik di Kota Manado.

Tak ada yang lebih menarik dari membincangkan Kakak Adrey Laikun dalam perbincangan politik. Laikun adalah sebuah magnitude dan sebuah fenomena, menarik ditelusuri dalam jagat perbincangan politik di utara kota Manado.

Kesempatan pertama, saya harus menyebutkan, kerinduan para seniman untuk adanya Gedung Kesenian yang representatif, dibilang ini tak saja dibangun di atas semangat, namun juga lewat tetesan darah dan pesan perih yang luar biasa dan panjang.

Rabu, 1 Juni 2022 di Ommo Cafe, pukul 23.30 WITA. Hari itu tepatnya Hari Lahir Pancasila, menyeruak bau khas Ommo Kopi dan makanan ketoprak ala racikan Ommo Cafe yang disajikan di atas rumah permanen di bawah dataran rendah yang sejajar dengan selokan air yang tak kunjung ada perbaikan infrastruktur dari pemerintah.

Disitulah suara kritikus teater dan juga Dramawan Sulawesi Utara, Aldes Sambalao menyerukan kepada pemerintah melalui Wakil Ketua DPRD Kota Manado Adrey Laikun agar membangun sebuah gedung kesenian.

Saat itu juga kakak Adrey menuturkan, “Aku bukan malaikat, tapi aku selalu berusaha untuk tidak jadi iblis. Aldes Sambalao pun menjawab, “kakak Adrey, falsafah yang harus diusahakan yaitu, Gedung Kesenian ini harus dikerjakan, bukan harus dibicarakan”.

Mengapa saya katakan Kota Manado harus ada Gedung Kesenian, karena kesenian adalah denyut nadi peradaban suatu bangsa.

Contoh kecilnya seniman teater, di Kota Manado, teater seperti wabah. Seperti Covid-19, selalu ada di mana-mana, dan terorganisir apik. Teater menjadi semacam kekuatan politik yang punya bargaining terhadap kekuasaan dan kebijakan publik.

Kedua maka saya harus menyebutkan, Adrey Laikun bukanlah seniman teater, meski latar belakang pendidikan tingginya S1 Teknik, Ia politisi sejati. Ia berjuang untuk kebenaran. Ia berpihak pada kepentingan rakyat khususnya para seniman, Ia patuh pada aturan baku legislatif

Tapi juga Ia hidup dengan kemerdekaan penuh, dan menolak pembatasan yang membunuh eksistensi dan martabat seorang manusia. Karena Ia menjunjung nilai-nilai kemanusiaan.

Tak hanya habis dalam sebuah diskusi di OMMO Cafe, Kamis (09/06/2022), Adrey Laikun dalam kapasitas sebagai Wakil Ketua DPRD Manado melakukan kunjungan kerja (Kunker) ke Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI di Jakarta.

“Saya mengunjungi Kemendikbudristek tadi siang untuk membawa aspirasi dari para seniman yang mempunyai kerinduan memiliki Gedung Kesenian yang representatif di Manado,” tutur Adrey Laikun, saat dihubungi melalui via whatsap

Dalam pertemuan di Kemendikbudristek, dia diterima oleh Sekretaris Direktorat Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Fitra Arda.

“Laikun menyebut, Sekretaris Dirjen sangat menyambut baik dan mengapresiasi usaha untuk memperjuangkan pembangunan Gedung Kesenian di Manado,” ungkapnya.(Albert Nalang)