Peneliti Ungkap Rahasia Seseorang Bisa Mati Karena Patah Hati

kardiomiopati takotsubo ,sindrom patah hati, cinta, microRNAs -16
Peneliti Ungkap Rahasia Seseorang Bisa Mati Karena Patah Hati (foto: Pixabay)

MANADOTODAY.CO.ID – Para ilmuwan telah mengidentifikasi mengapa terkadang orang bisa meninggal dunia karena patah hati akibat kesedihan, meninggalnya orang yang dikasihi atau retaknya hubungan percintaan.

Mereka menemukan patah hati meningkatkan kadar dua molekul dalam sel jantung yang memainkan peran penting dalam pengembangan kardiomiopati takotsubo atau ‘sindrom patah hati’. Sindrom ini terjadi ketika otot jantung tiba-tiba melemah dan bilik jantung kiri berubah bentuk.

Terobosan oleh Imperial College London, membuka jalan bagi pilihan pengobatan baru yang dapat mencegah kematian di masa depan.

Para ilmuwan telah dibuat bingung oleh pemicu biologis untuk sindrom takotsubo. Tetapi mereka sekarang telah menghubungkannya dengan microRNAs -16 dan -26a yang mengatur bagaimana gen didekode dan diaktifkan selama periode stres.

Molekul-molekul ini terkait dengan depresi, kecemasan, dan stres – menunjukkan bahwa tekanan jangka panjang yang diikuti oleh kejutan dramatis dapat memicu sindrom tersebut. Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Cardiovascular Research.

Gejalanya sering menyerupai serangan jantung, nyeri dada, sesak napas, dan dapat menyebabkan jantung berhenti berdetak.

Kondisi ini pertama kali diidentifikasi di Jepang pada tahun 1990, mempengaruhi sekitar 2.500 orang di Inggris setiap tahun, terutama wanita pasca menopause.

“Sindrom Takotsubo adalah kondisi serius, tetapi sampai sekarang cara terjadinya tetap menjadi misteri. Kami tidak mengerti mengapa beberapa orang merespons dengan cara ini untuk kejutan emosional yang tiba-tiba, sementara banyak yang tidak,”ungkap Pemimpin Penelitian Profesor Sian Harding dari Imperial College London dikutip dari Daily Mail, Senin (21/6/2021).

Penelitian ini menegaskan bahwa stres dan microRNA yang terkait dengannya, dapat mempengaruhi seseorang untuk mengembangkan sindrom takotsubo dalam situasi stres di kemudian hari.

“Stres datang dalam berbagai bentuk dan kami membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk memahami proses stres kronis ini,”kata Profesor Sian.(ryan)