Pasangan Anda Bahagia?? Selamat Mungkin Anda Akan Panjang Umur

Pasangan Bahagia, kesehatan
(foto: Pixabay)

MANADOTODAY.CO.ID – Memiliki pasangan bahagia mungkin memiliki hubungan dengan kesehatan yang lebih baik, setidaknya di antara orang-orang setengah baya dan lebih tua, menurut sebuah penelitian baru.

Peneliti meneliti sebanyak 1,981 pasangan heteroseksual setengah baya di AS, dan menemukan bahwa seseorang yang memiliki pasangan bahagia, lebih mungkin untuk melaporkan kesehatan yang lebih baik dari waktu ke waktu. Hal ini terjadi di luar kebahagiaan orang itu sendiri, kata peneliti.

“Temuan ini secara signifikan memperluas asumsi hubungan antara kebahagiaan dan kesehatan, menunjukkan hubungan sosial yang unik,” kata William Chopik, asisten profesor psikologi di Michigan State University dikutip dari NDTV.

Penelitian sebelumnya menunjukkan orang-orang bahagia umumnya sehat, tetapi Chopik ingin maju satu langkah dengan menjelajahi efek kesehatan dari hubungan interpersonal.

Dia mengatakan setidaknya ada tiga kemungkinan alasan mengapa memiliki pasangan bahagia bisa meningkatkan kesehatan seseorang, terlepas dari kebahagiaan diri sendiri.

Pasangan yang bahagia cenderung memberikan dukungan sosial yang kuat, seperti merawat, dibandingkan dengan pasangan tidak bahagia yang lebih mungkin untuk fokus pada penyebab stres mereka sendiri, kata peneliti.

Pasangan yang bahagia dapat membuat orang yang tidak bahagia terlibat dengan kegiatan dan lingkungan yang mendorong kesehatan yang lebih baik, seperti memelihara siklus tidur yang teratur, makan makanan bergizi dan berolahraga, kata mereka.

Bersama dengan pasangan yang bahagia mampu membuat hidup seseorang lebih mudah, bahkan jika tidak secara eksplisit bahagia.

Studi ini meneliti informasi survei dari pasangan berusia 50 hingga 94 tahun, termasuk kebahagiaan, menilai kesehatan diri sendiri dan aktivitas fisik selama periode enam tahun.

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan antara suami dan istri.

Peserta menjawab pertanyaan tentang kesehatan mereka, termasuk tingkat gangguan fisik, penyakit kronis dan tingkat aktivitas fisik, serta kekhawatiran mengenai kesehatan pasangan mereka.

Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Health Psychology.