Pro Kontra Pakaian Bebas Rapih Murid SD dan SMP, Sumendap: Ini Bukan Zaman Feodalisme

Terkait Pro Kontra Pakaian Bebas Rapih Murid SD Dan SMP, Bupati SumendapRATAHAN, (manadotoday­.co.id) – Pro dan kontra kebijakan Bupati Minahasa Tenggara (Mitra) James Sumendap (JS) menetapkan hari Selasa sebagai hari berpakaian bebas rapih bagi murid SD dan SMP di Mitra, ditanggapinya santai namun bijaksana.

Bupati JS mengatakan, kebijakan itu dibuatnya setelah menyimpulkan Menteri Pendidikan RI Nadiem Makarim menginginkan gebrakan dalam tatanan pendidikan di Indonesia di ‘zaman now’ ini. Menurutnya dengan pakaian bebas rapih di sekolah anak bisa belajar percaya diri dan suasana belajar jadi lebih santai sehingga ilmu yang diberikan guru terserap lebih baik.

“Ini bukan zaman feodalisme, seperti masa penjajahan yang terikat dan kaku. Begitu saya baca pidato dari Mas Menteri (Pendidikan), saya langsung tangkap kalau yang dia mau adalah kemerdekaan pendidikan. Makanya saya langsung ‘gas’, umumkan. Saya sudah lihat sendiri di negara-negara maju di Eropa, tidak ada lagi seragam di sekolah. Kalau mau maju harus terbuka wawasan,” ujar Bupati JS di temui di Rimba Lamet, Selasa (3/12/2019).

Sebelumnya juga Bupati JS telah mengumumkan inovasi kebijakannya tentang perubahan seragam celana pendek menjadi celana panjang. Terbukti memberi dampak yang signifikan dalam perlindungan anak dari aktivitas fisiknya yang tinggi dan mencegah anak terkena penyakit oleh serangga.

“Di seluruh Indonesia, Minahasa Tenggara yang pertama terapkan itu. Lihat saja, dulu saya terapkan siswa SD dan SMP pakai celana panjang, sekarang sudah diikuti beberapa kabupaten/kota lainnya,”tutur JS.

Sementara itu Juru bicara Pemkab Mitra Kabag Arnold Mokosolang MM mengatakan, orang tua murid harus optimis terhadap perubahan seragam bebas yang hanya satu hari seminggu ini. Menurutnya pemerintah terus berupaya berinovasi bagi kemajuan daerah, termasuk bagi pendidikan anak-anak generasi penerus Tanah Patokan Esa.

“Sebaiknya kita jangan langsung keburu pesimis dulu, tapi optimis. Program ini akan berdampak baik bagi pendidikan anak. Orang tua jangan terlalu sentimentil. Terjebak pada isu yang ’digoreng’ (dipanas-panasi) di media sosial,”kata dia.(ten)