Hari Air Dunia, BWSS 1 Lepas Benih Ikan di Embung Wanua Ure

BWSS 1 1553728989532477 1553728990466998Manado, (manadotoday.co.id) —  Balai Wilayah Sungai Sulawesi 1 (BWSS 1), Rabu (27/3) melakukan bakti sosial di Embung Wanua Ure, Airmadidi, Minahasa Utara (Minut). Kegiatan ini, merupakan pungkasan dari rangkaian kegiatan memperingati Hari Air Dunia (HAD) XXVII Tahun 2019 yang dilaksanakan di Sulawesi Utara.

Para karyawan BWSS I dan sejumlah mitra kerja melakukan penanaman pohon, pelepasan benih ikan, dan bersih-bersih sekitar embung.

Kepala Balai Wilayah Sungai Sulawesi I Ir. Mochammad Silachoeddin ME dalam sambutannya mengatakan pelestarian sumber air sangat penting bagi kelangsungan mahluk hidup umat di muka bumi. HAD Tahun 2019 yang memiliki tema: “Semua Harus Mendapatkan Akses Air” mengandung pesan mendalam bahwa air bersih mesti dinikmati dengan mudah oleh umat manusia.
Namun demikian, kata Silachoeddin, banyak tantangan yang dihadapi dalam penyediaan air. Saat ini kelangkaaan air bersih sudah berdampak pada 2,1 miliar atau 40 persen orang di seluruh dunia. “Perubahan iklim merupakan tantangan dalam penyediaan air baku. Panjangnya musim kemarau mengakibatkan kekeringan, dan meningkatnya intensitas hujan serta permukaan air laut berdampak pada banjir,” kata Silachoeddin.
Tantangan lainnya, tambahnya, adalah degradasi DAS di daerah hulu, menurunnya debit pada sumber air, dan tingginya laju sedimentasi pada tampungan-tampungan air seperti bendungan, embung, danau, dan situ.

Di samping itu, kualitas air juga semakin turun akibat tingginya tingkat pencemaran pada sungai dan sumber-sumber air lainnya.
Untuk menjawab tantangan tersebut, tambah Sila—sapaannya—Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal SDA berupaya melakukan peningkatan penyediaan air baku yang diiringi dengan pengendalian dalam pemanfaaatan air tanah untuk menjaga keberlanjutan ketersediaaan air tanah.

“Pemenuhan kebutuhan air baku untuk air bersih diprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga, kehidupan sehari-hari masyarakat, kebutuhan sosial ekonomi produktif seperti irigasi, listrik, terutama di wilayah yang defisit air, wilayah tertinggal, dan wilayah strategis,” katanya.

Menurutnya, pemecahan masalah terkait air tidak dapat diselesaikan hanya melalui pembangunan infrastruktur oleh pemerintah.

Tapi perlu adanya partisipasi langsung dari masyarakat, akademisi, dan swasta untuk ikut menjaga dan melestarikan alam sehingga segala permasalahan air dapat dikendalikan. “Atau paling tidak dapat diminimalisir,” ujar dia.

Berkaitan dengan kegiatan bersih-bersih, penanaman bibit pohon, dan penebaran benih ikan, kemarin, Silachoeddin berharap dapat membangun kesadaran masyarakat untuk lebih menjaga kelestarian lingkungan.

“Agar sumber air tetap terjaga untuk dapat kita wariskan pada generasi yang akan dating,” ungkapnya.
Sementara Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan BWSS 1 Herry Talumepa dalam laporannya mengatakan kegiatan di Embung Wanua Ure itu berupa bersih-bersih sekitar lokasi embung yang baru selesai dibangun akhir 2018 lalu. Juga ada penggantian pohon yang gagal hidup ketika ditanam November lalu, penambahan penanaman pohon, serta pelepasan 5.000 benih ikan ke dalam embung.

“Embung ini sebagai salah satu penyedia air baku untuk sebagian warga Airmadidi sehingga perlu dijaga kelestariannya. Ada penebaran benih ikan juga, tujuannya agar bisa dipanen untuk dikonsumsi,” kata Talumepa.

Turut hadir dalam kegiatan itu Kabag TU Jacklin Tahar, Kasie Pelaksanaan BWSS 1 Dan Namare, Kasatker Bendungan Novie Ilat, Kasatker PJPA Janeny Mamoto, Kasatker OP Ellen Cumentas. Dan turut berpartisipasi antara lain Dinas Perikanan dan Kelautan Sulut yang diwakili Kabid Perikanan Budidaya Frans Terok dan pengurus Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) Sulut. (hma)