Kapolda Sulut Tinjau Persiapan Pemulangan WNI di Pelabuhan Samudera Bitung

Peninjauan lokasi penjemputan ABK dan Jenazah WNI di Pelabuhan LTC Samudera Bitung.(ist)

BITUNG, (manadotoday.co.id) – Repatriasi 155 Anak Buah Kapal (ABK) dan 2 Jenazah Warga Negara Indonesia (WNI), yang bekerja sebagai ABK di kapal milik perusahaan Republik Rakyat Tiongkok (RRT), membuahkan hasil.

Pertemuan Billateral oleh Pemerintahan RI dan RRT, pada tanggal 16 September 2020, telah menyepakati, dan mendorong perusahaan kapal untuk mengarahkan ke Indonesia dalam rangka Repatriasi (Pemulangan) ABK dan Jenazah WNI tersebut.

Sementara dalam pemilihan lokasi penjemputan pelaksanaan Repatriasi oleh Pemerintah Indonesia melalaui Kementerian Luar Negeri, memilih Pelabuhan Samudera Bitung di Kota Bitung, menjadi lokasi paling strategis dalam pelaksanaan repatriasi tersebut.

Dalam rapat koordinasi lintas pemangku kepentingan yang dilaksanakan di Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Bitung, Jumat 06 November 2020, dihadiri oleh Kapolda Sulut Irjen Pol Drs. Panca Putra Simanjuntak M,si, Pejabat Sementara (Pjs) Walikota Bitung, Edison Humiang, Wakapolda Sulut Brigjen Pol Rudi Darmoko, Irwasda Polda Sulut Kombes Pol Ahmad Alwi, Direktur Polairud Polda Sulut Kombes Pol Edward Eka Chandra, Danrem 131 Santiago Brigjen TNI Price Meyer Putong, Kapolres Bitung, AKBP FX Winardi Prabowo, Dandim 1310 Bitung Letkol Inf Benny Lesmana, Kepala KSOP Bitung Mursidi, Kepala Pelindo IV Persero Cabang Bitung Dameanto Pangaribuan, Kepala KKP Bitung dr Pingkan Pijoh, dan Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri Yudha Nugroho.

Kapolda Sulut, saat meninjau lokasi bersama rombongan dengan menggunakan helikopter, langsung menuju dermaga LCT Pelabuhan Samudera Bitung.

“Penerapan protokol kesehatan ketat garus diprioritaskan, selain dari memberikan pelayanan yang prima bagi mereka kita juga harus memproteksikan diri dari segala kemungkinan yang akan terjadi,” ungkap Kapolda Sulut, Jumat (06/11/2020).

Lanjutnya, keamanan harus dilakukan dan harua diproteksi ketat, dari laut sampai dengan mobilisasi kerumah singgah harus terus dipantau dan dijaga, begitu juga saat berada di rumah singga mereka harus tetap terjaga.

“Saat dalam proses isolasi, mereka ABK WNI, harus ada aktivitas lain, karena kondisi psikologi mereka saat ini, tidak dalam keadaan stabil,” tutupnya seraya mengulang-ulangi, untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik, dimana mereka adalah Saudara, Sahabat Kita sebagai Warga Negara Indonesia. (alo)