Hari Ini Green Gospel, Gelar Workshop Selamatkan Yaki di GMIM Sentrum Bitung

BITUNG, (manadotoday.co.id) – Kampanye menyelematkan Yaki dari ancaman kepunahan terus dilakukan oleh pemerhati lingkungan Green Gospel. Salah satunya dengan melaksanakan workshop program selamatkan Yaki yang berhubungan dengan konservasi, yang akan diikuti oleh para Pendeta dan Hamba Tuhan yang ada di Bitung, Lembeh dan Airmadidi, bekerja sama dengan Pemerintah kota Bitung, yang didukung oleh BPPMJ Sentrum Bitung, Selasa (8/9).

Education Oficcer Green Gospel Yunita Siwi, dalam press rilisnya mengungkapkan tujuan kegiatan yakni mengidentifikasi hubungan antara Kekristenan dan konservasi dan pengembangan materi konservasi yang bisa diterapkan gereja, dan (Sylabus untuk anak sekolah minggu). “Tujuan lainnya untuk memulai kolaborasi kegiatan konservasi dengan gereja-gereja di Bitung dan sekitarnya,” ucap Siwi.

Sebab, disadari peran gereja dalam konservasi sangat penting dimana Umat manusia telah diberikan tanggung jawab untuk mengelola bumi sejak manusia pertama diciptakan. “Peran gereja disini juga adalah untuk lebih mengingatkan dan memotivasi umat menurut firman untuk bersama melestarikan alam ciptaan Tuhan,” katanya.

Dalam Workshop ini para Pendeta dan Hamba Tuhan diberikan bekal mengenai konservasi umum dan khusus tentang Macaca nigra (Yaki atau monyet hitam) dan etika lingkungan dan kekristenan serta hak-hak Binatang.

Pembicara yang akan terlibat yaitu Bapak Wakil Walikota Max Lomban SE, Msi, Ibu Jelty Ochotan Pembantu Dekan III UKI Tomohon dan Stephan Lentey dari Macaca Nigra Project.

Lanjut dia, bahwa program Selamatkan Yaki terus berupaya mengkampanyekan pelestarian satwa Yaki ini agar supaya pengetahuan dan pengertian masyarakat tentang Macaca nigra yang sudah hampir punah bisa dipahami lebih serta masyarakat mampu dengan kesadaran melestarikan satwa endemik (cuma ada di Sulawesi Utara). Serta terhindar dari jerat hukum karena memelihara atau memperdagangkan sesuai dengan Undang Undang nomor 5 tahun 1990 tentang Macaca nigra sebagai salah satu species yang dilindungi.

“Peserta workshop yang terundang berasal dari gereja-gereja yang tersebar di Bitung, Airmadidi khususnya seputaran Cagar Alam Tangkoko dimana Yaki dan binatang liar lain masih bisa hidup di tempat alaminya,” tutup Siwi.

Seperti diketahui Workshop program selamatkan Yaki ini, pernah dilaksanakan pada Bulan Juli 2014, tahun lalu, di Tompaso Minahasa, bekerja sama dengan Yayasan Institut Seni Budaya Sulawesi Utara yang dipimpin Benny Mamoto, SH. (*/lou)