MANADOTODAY.CO.ID – Air mata buaya merupakan kiasan yang sering diidentikan dengan orang munafik yang pura-pura bersedih dan mengeluarkan air mata palsu, namun itu sangat berbeda dengan sindrom air mata buaya yang diidap oleh seorang pria asal Cina ini.
Zhang, nama samaran, baru-baru ini didiagnosis dengan sindrom air mata buaya, suatu kondisi medis langka yang menyebabkan dia meneteskan air mata setiap kali makan.
Menangis biasanya dipicu oleh reaksi emosional yang kuat, seperti kesedihan, rasa sakit, atau tawa yang tak terkendali, tetapi dalam kasus yang jarang terjadi, tangisan dapat dipicu oleh sesuatu yang tidak berbahaya seperti makan.
Tahun lalu, pria paruh baya tersebut dilaporkan mulai meneteskan air mata ketika makan. Dia tidak terlalu memikirkan hal itu pada awalnya, tetapi tangisannya semakin memburuk saat dia mengunyah lebih lama, dan ini akhirnya mengganggu kehidupan sosialnya.
Zhang mulai menghindari makan di depan umum karena takut air matanya mengalir di depan orang-orang, jadi dia merasa terisolasi. Untungnya, dia menyadari bahwa ini bukanlah sesuatu yang bisa disembunyikan selamanya, dan memutuskan menemui dokter.
Bulan lalu, Zhang pergi ke rumah sakit di Wuhan untuk pemeriksaan, dan didiagnosis dengan kondisi medis langka yang umumnya dikenal sebagai sindrom air mata buaya.
Dr Cheng Mian Chinh, kepala Departemen Oftalmologi di rumah sakit tersebut menjelaskan bahwa kondisi tersebut erat kaitannya dengan kelumpuhan wajah yang dialami pria tersebut sebelumnya.
“Proses pemulihan dari kelumpuhan wajah telah mempengaruhi aktivitas kelenjar lakrimal, terutama yang ada di mata kirinya. Selama periode pemulihan, serabut saraf wajah menjadi salah arah, dan saraf saliva akhirnya menginervasi kelenjar lakrimal dan bukan kelenjar submandibular,”kata Dr Cheng Mian Chinh dikutip dari Oddity Central, Jumat (4/3/2022).
“Hasil dari kesalahan arah saraf wajah ini adalah rangsangan seperti bau atau rasa makanan, alih-alih menyebabkan air liur malah merangsang kelenjar lakrimal untuk menghasilkan air mata,”sambungnya.
Gejala sindrom air mata buaya bervariasi dari pasien ke pasien, dan kasus yang lebih ringan umumnya ditangani dengan konseling dan pemantauan rutin. Dalam kasus yang lebih parah, pengobatan yang paling populer adalah suntikan toksin botulinum ke kelenjar lakrimal untuk menghentikan transmisi sepanjang serat saraf yang diregenerasi secara menyimpang ke kelenjar yang terkena.
Intervensi bedah juga merupakan solusi, dan itu adalah pilihan dalam kasus Zhang. Kondisinya saat ini dilaporkan sudah semakin membaik.(*/ryan)