Waspada Warga Sulut, BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Akan Terjadi Hingga 9 Desember

Waspada Warga Sulut, BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Hantam Indonesia Hingga 9 Desember

MANADO, (manadotoday.co.id) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan akan kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem yang melanda hampir seluruh wilayah Indonesia hingga tanggal 9 Desember tahun 2021 ini.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, sistem Siklon Nyatoh dan Bibit 94W posisinya semakin menjauhi wilayah Indonesia, sehingga dampak terhadap kondisi cuaca menjadi tidak signifikan. Meski begitu, dampak terhadap potensi gelombang tinggi 2.5 – 4.0 meter (Rough Sea) masih perlu diwaspadai di beberapa wilayah perairan.

Beberapa perairan yang berpotensi gelombang tinggi antara lain perairan Utara Kepulaun Anambas, Perairan Barat Kepulaun Natuna, Perairan Kepulaun Subi Serasan, Perairan Utara Kepulaun Sangihe, Perairan Utara Kepulaun Talaud, Laut Maluku bagian Utara, Perairan utara Halmahera, Laut Halmahera, Samudera Pasifik utara Halmahera hingga Papua. Sedangkan potensi gelombang tinggi mencapai 4.0 – 6.0 meter (Very Rough Sea) di wilayah perairan Laut Natuna Utara dan Perairan Utara Natuna.

Dengan semakin menjauhnya sistem Siklon Nyatoh dan Bibit 94W dari wilayah Indonesia tambah Dwikorita, maka kondisi tersebut membuka peluang terhadap peningkatan fenomena dinamika atmosfer lainnya, yaitu meningkatnya aliran massa udara yang cukup intens dari wilayah Laut Cina Selatan ke arah selatan memasuki wilayah atmosfer Indonesia, di mana kondisi tersebut dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan yang dapat menimbulkan kejadian curah hujan tinggi di wilayah Indonesia.

“Waspada bencana hidrometeorologi yang kemungkinan menyertainya. Mulai dari banjir, tanah longsor, banjir bandang, angin kencang, puting beliung dan sebagainya,” imbuhnya.

Sementara Deputi Bidang Meteorologi Guswanto menambahkan, fenomena lain yang meningkatkan curah hujan yaitu dengan masih aktifnya gelombang atmosfer (gelombang Kelvin, Rossby Ekuatorial, dan MJO) di wilayah Indonesia terutama bagian tengah dan timur yang memperkuat peningkatan potensi cuaca ekstrem hingga tanggal 9 Desember.

MJO, gelombang Rossby Ekuatorial, dan gelombang Kelvin kata Guswanto adalah fenomena dinamika atmosfer yang mengindikasikan adanya potensi pertumbuhan awan hujan dalam skala yang luas di sekitar wilayah fase aktif yang dilewatinya.

Fenomena MJO dan gelombang Kelvin ini lanjutnya, bergerak dari arah Samudra Hindia ke arah Samudra Pasifik melewati wilayah Indonesia dengan siklus 30-40 hari pada MJO, sedangkan pada Kelvin skala harian. Sebaliknya, Fenomena Gelombang Rossby bergerak dari arah Samudra Pasifik ke arah Samudra Hindia dengan melewati wilayah Indonesia. Sama halnya seperti MJO maupun Kelvin, ketika Gelombang Rossby aktif di wilayah Indonesia maka dapat berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah indonesia.

“Kondisi ini merata di seluruh wilayah Indonesia termasuk Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua,” tambah Guswanto.

Menurut dia, masyarakat perlu melakukan sejumlah langkah antisipasi seperti memastikan kapasitas dan tata kelola air siap untuk menampung peningkatan curah hujan dan memastikan saluran air/drainase tidak tersumbat. Selain itu, melakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan, tidak melakukan pemotongan lereng atau penebangan pohon dengan tidak terkontrol.

“Lakukan juga pemangkasan dahan dan ranting pohon yang rapuh, dan menguatkan tegakan atau tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang, serta melakukan penghijauan secara lebih masif,” pungkas Guswanto.(*/ryan)