SBANL: Mari Sikapi Arif Isu-isu Politik yang Mengemuka Saat Ini

SBANL, Makasar, DPD-RI, MPR-RI
Senator Ir Stefanus BANL Liow MAP (SBANL) saat menjadi narasumber di Lokakarya yang digelar Sekretariat Jenderal MPR-RI di Hotel Santika Makasar Sulawesi Selatan

MAKASAR, (manadotoday.co.id)–Menanggapi isu-isu politik yang mengemuka saat ini seperti wacana penundaan Pemilu, perpanjangan jabatan presiden dan wakil presiden, revitalisasi GBHN dan kualitas demokrasi, anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI) dari kelompok Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD-RI) Ir Stefanus Berty Arnicotje Nicolas Liow MAP (SBANL) meminta agar disikapi secara arif.

Stefa–sapaan akrabnya SBANL akui itu merupakan bagian dari dinamika demokrasi. ”Tapi, bila tidak disikapi secara arif, bukan hanya menguras energi tapi dapat melemahkan kesepakatan-kesepakatan bangsa yang telah dirumuskan dalam Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata Senator dari Daerah Pemilihan (Dapil) Sulawesi Utara saat tampil sebagai narasumber pada Lokakarya bertajuk ”Merancang Strategi Implementasi Empat Pilar MPR-RI yang digelar Sekretariat Jenderal MPR-RI di Hotel Santika Makasar Sulawesi Selatan 11-13 Maret 2022.

Menurutnya, energi masyarakat bukan hanya terkuras dengan isu-isu tersebut, tetapi juga membuat pusing, bahkan bisa sekarat dengan mahal dan langkanya minyak goreng, pupuk, gula dan banyak lagi.

Sesuai konstitusi negara lanjut Senator SBANL, Pemilu dilaksanakan lima tahun sekali untuk memilih Anggota DPR-RI, DPD-RI, DPRD, Presiden dan Wakil Presiden RI.

Dalam konstitusi negara juga sudah jelas bahwa presiden dan wakil presiden RI memegang jabatan selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama hanya untuk satu kali masa jabatan.

”Artinya hanya dibatasi dua kali saja menjabat Presiden dan Wakil Presiden,” katanya.

Tentang implementasi Empat Pilar MPR-RI, SBANL mencatatkan berbagai tantangan dan kompleksitas permasalahan bangsa, seiring dengan perkembangan zaman. Apalagi di era globalisasi, era digital dan bonus demografi bahkan masa pandemi Covid-19.

Hal itu menjadi tantangan dan pergumulan tersendiri untuk mengoptimalkan dan menguatkan implimentasi Empat Pilar MPR-RI di tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara secara efektif dan solutif agar kehidupan masyarakat menjadi harmonis, adil dan sejahtera, serta nilai-nilai luhur dari norma, budaya dan tradisi dari kearifan lokal tetapi lestari dan terjaga dengan baik.

Selain SBANL, tampil juga sebagai narasumber anggota MPR-RI Drs Tanzil Linrung (Sulsel), HM Syukur SH MH (Jambi), Ir Darmansyah (Bangka Belitung), Arnizah SE MM (Sumatera Selatan) dan dr Asyera MKes (NTT).

Dari kalangan akademisi Prof Dr Hasnawi Haris MHum (Universitas Hasanudin Makasar), Dr Syamsuri Rahim M Si (UMI Makasar) dan Dr Samsul Alam MSi. Peserta lokakarya dari berbagai kalangan seperti akademisi, pengurus ormas dan kepemudaan di Provinsi Sulawesi Selatan. (ark)