TOMOHON, (manadotoday.co.id)– Debat Terbuka Calon Wali Kota Tomohon yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Auditorium Bukit Inspirasi (ABI) diikuti secara deta Paul C Pati, akademisi sekaligus jurnalis senior.
Pria lulusan SD RK IV Frater Tomohon, Seminari Menengah Kakaskasen, Fakultas Sastra Inggris Unsrat Manado,
Akademi Bahasa Asing Indonesia, Institution of Journalism and Social Communication, Fribourg University Switzerland,
Lyon Catholic University France dan Gregoriana University Rome Italy ini mengatakan JGE unggul telak mengalahkan calon lainnya Caroll JA Senduk SH dan Robert Pelealu SH MH.
Menurutnya, JGE lebih berkarisma, lebih muda l, lebih menguasai persoalan sehingga menang di segmen pertama.
”Di segmen kedua masih tetap unggul dengan mematahkan paparan nomor 3 yakni Robert Pelealu. Sementara paparan nomor 2 dijawab dengan logis. Paparan nomor 3 dan nomor 1 terkesan hanya ulangi prioritas unggulannya. Memang dalam pertanyaan yang diberikan jawabannya kurang mantap dan bisa diungguli sedikit dengan tanggapan nomor 3,” jelas Pati kepada wartawan.
Di Segmen ketiga lanjut Pati, nomor 1 lagi-lagi unggul dalam bertanya maupun menanggapi.
Ketika nomor 1 bertanya nomor 2 tidak terlalu menjawab dan nomor 3 tak menjawab sesuai pertanyaannya karena tidak semua masyarakat terkena dampak dari kedatangan turis.
”Di segmen ini, pertanyaan nomor 2 hanya bisa dijawab sebagian oleh nomor 3 dan bisa dijawab dengan baik oleh nomor 1 menyangkut pendapatan daerah. Pertanyaan nomor 3 dijawab oleh nomor 1 dengan sangat konkrit sedangkan nomor 2 menjelaskan dengan jawaban standar,” jelas peraih International Award for Excellence in Journalism 1992 untuk kategori Media In Your Country Award, yang diterima dalam Kongres UCIP di Campos do Jordao Sao Paulo Brazil tahun 1992.
Ditambahkan pria kelahiran Manado 10 Oktober 1959 ini, pada segmen terakhir JGE tetap unggul dengan menampilkan 2 key point yakni kerja sama dengan masyarakat dan prioritas orang muda.
”Ini jauh meninggalkan nomor 2 dan 3 yang seperti berada dalam pihak oposisi, buka pejuang untuk menang, belum yakin, bahkan ada kesan tuduhan dan revolusi,” tukas Pengajar Jurnalistik dan pernah membimbing dan mengajar wartawan di Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang, Surabaya, Lampung, Palembang, Pangkal Pinang, Pontianak, Sintang, Banjarmasin, Samarinda, Manado, Makassar, Ambon, Jayapura, Denpasar, Ruteng, Maumere, Kupang serta Dilli Timor Leste dan Kinibalu Malaysia.
Soal kesalahan kata atau ucapan dari nomor 1, menurut Pati bukanlah kesalahan yang substantif.
”Kalau dalam pengetikan salah ketik. Diucapkan tanpa disadari dan tidak dijelaskan mendalam. Kecuali yang bersangkutan menambah penjelasan soal stateman tersebut yakni mencegah protokol kesehatan,” kunci Pati yang pernah menjadi Guru Agama, Bahasa Indonesia, Tulisan Arab Melayu, Bahasa Inggris, Bahasa Perancis dan Bahasa Jerman di beberapa SMP dan SMA di Tomohon dan di Jakarta selang tahun 1977-1983. (ark)