Idemo Hrvatska atau Ahora o Nunca!

Ram Makagiansar

Oleh: Ram Makagiansar

MENARIK membedah Kroasia dan Argentina. Ya, dua finalis pada dua piala dunia terakhir, Argentina kalah dari Jerman 0-1 di final Brazil 2014 sementara Kroasia takluk dari Prancis pada laga pemungkas Rusia 2018, menjanjikan laga panas.

Bicara tentang Kroasia kita tak bisa mengabaikan nama Luka Modric. Roh permainan Vetreni, sebutan Kroasia, itu menjadi garansi utama armadanya Zlatko Dalic, pembesut tim kotak-kotak merah putih.

Ya, Luka, memang fenomenal di Qatar 2022 ini. Di usia gaek, 37, gelandang Real Madrid itu mampu memimpin rekan-rekannya menuju ke semifinal.

Sampai-sampai melewati ujian sesungguhnya saat jumpa Brazil di 8 Besar dengan memastikan kemenangan penalti 4-2.

Saat itu Luka dan rekan-rekannya tak sementereng Carinha, sebutan Brazil selain Samba. Dari kiper hingga lini serang, Kroasia jelas di bawah Brazil.

Tapi, fakta terjadi Kroasia mengklaim satu formasi di babak 4 Besar.

Jadi? Di sini, Kroasia siap menebar ancaman. Tak terkecuali buat negara tetangganya Brazil, Argentina, untuk menentukan siapa finalis 18 Desember nanti juga tengah dalam bidikan.

Suatu hal luar biasa adalah ketika Kroasia berani bermain terbuka menghadapi Brazil ketika itu dan ini amat berbeda saat bersua Jepang di babak 16 Besar dimana Luka Cs hanya menunggu dan melakukan counter attack.

Luka dan kawan-kawan kini harus tetap bermain pada standar tinggi. Determinasi, teknik dan tak-tik serta mental kokoh layaknya orang Balkan harus bisa diterjemahkan di lapangan. Sebabnya, semifinalis, jelas merupakan dua langkah terakhir sebelum membawa pulang trofi Piala Dunia!.

Kekalahan dari Jerman empat tahun lalu bukan jadi penghalang namun harus menjadi pelecut semangat tim dan negara. Peraih pemain terbaik dunia 2018 itu harus kembali bugar untuk meladeni Abiceleste, Argentina.

Apakah hanya Modric seorang? Tentu masih ada penggedor utama mereka yang berseragam klub Tottenham Hotspur, Ivan Perrisic. Juga, yang paling heboh, ada di bawah mistar mereka, yakni kiper Dominik Livakovic yang hanya produk lokal di klub Dinamo Zagreb.

Aksinya membendung tiga tendangan penalti Jepang saat menang 3-1 di 16 Besar dan membendung tendangan pertama Brazil melalui Rodrigo ketika menang di 8 Besar, Livakovic jadi fenomenal ! Apalagi dalam durasi normal hingga perpanjangan waktu dia menjadi kiper dengan penyelamatan terbanyak, 7, atas serbuan Brazil.

Dia menenggelamkan nama besar kiper hebat Brazil keturunan Jerman asal klub Liverpool, Alisson Becker yang memble.

Namun, benarkah Kroasia bisa membendung Argentina ? Ini menarik. Kapasitas Tim Tango juga masih sangat menjanjikan. Dengan sang kapten tim Lionel Messi, Argentina juga tak mau kehilangan kans ke final.

Tinggal satu-satunya tim Amerika Latin yang tersisa di Qatar 2018, Messi dkk memiliki misi tersendiri untuk menjadi negara kedua setelah Brazil yang bisa juara di benua Asia, setelah Brazil di Korsel-Jepang 2002.

Benar Argentina tumbang di laga awal grup A dari Arab Saudi 2-1. Namun, kebesaran nama Messi dan Argentina melambung Ketika lolos dari grup dan mencapai semifinal.

Mental Argentina benar-benar teruji dan tersita saat kontra Belanda di babak 8 Besar. Sempat memimpin 2-0 namun disamakan jadi 2-2 oleh The Orange, Argentina sempat emosi pada laga panas itu.

Apalagi khusus Messi. Ini adalah Piala Dunia terakhirnya. Di usia 35 tahun Messi jelas ingin mengukir rekor di Qatar 2022. Dia seperti halnya dua bintang dunia lainnya, Christiano Ronaldo dan Neymar. Messi dan Christiano sama sekali belum pernah mencium Piala Dunia alias juara.

Meski Argentina telah dua kali menjadi juara di eranya Mario Kempes di kampung sendiri pada 1978 dan Diego Maradona di Meksiko 1986, Messi belum main. Mirip juga dengan Neymar.

Meski negaranya memegang Pentacampeone atau 5 gelar juara dunia namun Neymar belum juga bermain ketika Ronaldo Luiz Nazario De Lima dan Rivaldo memimpin Brazil juara di Korsel-Jepang 2002 untuk kelima kalinya.

Lionel Scalonni arsitek Argentina tentu menaruh harapan besar pada Messi. Sebab, seperti halnya Modric, Messi adalah jaminan utama Argentina untuk membuat perbedaan.
Bersama Angel Di Maria sebagai senior, Messi ingin membuktikan diri di usia senja di ajang Piala Dunia.

Peraih 7 gelar ballon d’or akan terasa sempurna jika dengan gelar juara dunia sukses diklaim. Bukan hanya di tingkat klub dari Barcelona hingga ke PSG.

Namun, Argentina harus melewati dulu Kroasia dalam laga Rabu (14/12/2022) dini hari nanti pukul 03.00 Wita.

Permainan individu dan dengan lebih banyak melakukan serangan dari tengah, Messi tentu punya strategi membongkar pertahanan Kroasia. Termasuk target menaklukan pilar terakhir Kroasia, Livakovic.

Messi yang memiliki keunggulan individu dan bisa menjadi nyawa permainan dan sekaligus eksekutor dibanding Modric yang lebih banyak mengatur ritme permainan, tentu akan dikawal 3 pemain Kroasia sebelum masuk ke daerah 16 mereka.

Tapi, Messi akan menyadari hal ini. Dia pasti akan terkawal. Nah disini Scalonni harus putar otak. Siapa yang akan jadi senjata simpanannya untuk mampu merusak mimpi Kroasia.

So, Idemo Hrvatska (maju Kroasia), meminjam istilah dari tulisan rekan Inggrid Pijoh yang bersuamikan orang Krosia dan tinggal di Panama. Atau Ahora o Nunca, Messi, bahasa Spanyol bahasa nasional Argentina yang artinya ‘ sekarang atau tidak sama sekali’, Messi ! (***)