Model Kandang Puyuh Minimalis di Kelurahan Winangun Satu, Kota Manado

Minimalist Quail Cage Model In The Village Of Winangun 1st Malalayang Sub-District, Manado City

Gam Dicky Lenzun, Inngriet Deybi Lumenta, Franky Nova Stanly Oroh

1Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi, Jalan kampus Unsrat, Manado, 95115 2Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi, Jalan kampus Unsrat, Manado, 95115 Email korespondensi: [email protected] Gam Dicky Lenzun

ABSTRAK

Usaha ternak puyuh di Kelurahan Winangun Satu dipelihara dalam kandang tradisional berupa pilahan bambu dan atap rumbia, sehingga perlu dioptimalkan menjadi sumberdaya pendukung badan usaha milik rakyat melalui pemberdayaan dalam bentuk kandang minimalis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat penerapan ipteks bagi kelompok tani dengan metode penyuluhan dan pelatihan. Kelompok tani ternak puyuh di Kelurahan Winangun Satu dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa anggota kelompok aktif berorganisasi sejak tahun 2012. Materi penyuluhan dan pelatihan meliputi introduksi teknologi pemeliharaan dan teknik perkandangan bagi ternak puyuh. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penerapan ipteks bermanfaat bagi kelompok, karena sebelumnya ternak puyuh masih dikandangkan dalam kandang tradisional sehingga perkembangan populasi dan produksi masih rendah. Melalui kegiatan tersebut, terjadi peningkatan pengetahuan anggota kelompok terhadap pemeliharaan dan perkandangan, selanjutnya diharapkan terjadi peningkatan jumlah kepemilikan ternak puyuh dan menambah keuntungan bagi peternak, dalam upaya mendukung badan usaha milik rakyat (BUMR).

Kata Kunci : peningkatan populasi dan produksi, pemberdayaan, perkandangan, ternak puyuh

PENDAHULUAN

Pengembangan usaha peternakan puyuh saat ini sangat berpotensi untuk dilakukan, untuk menunjang program pemerintah melalui swasembada daging dan telur. Kegiatan tersebut merupakan upaya mengurangi jumlah impor daging sampai sekarang. Semua kegiatan tersebut dimaksudkan untuk menyediakan daging bagi masyarakat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Selain itu, bertujuan untuk meningkatkan jumlah konsumsi protein penduduk Indonesia yang masih berkisar 53,108 kg/kapita/thn (Buletin Konsumsi Pangan, 2014).

Program swasembada daging sebagai upaya penyediaan gizi bagi masyarakat, masih mengalami kendala karena tidak diikuti oleh perbaikan genetik ternak. Menurut Subandriyo (2004), pola pemeliharaan tradisional berdampak pada menurunnya potensi ternak yang terekspresikan pada penurunan mutu genetik, dimana dapat diidentifikasi melalui penurunan performan yang merupakan bentuk ancaman keunggulan potensi genetik ternak.

Ternak puyuh di Sulawesi Utara belum menjadi komoditas andalan untuk dikembangkan, berdasarkan potensinya sebagai sumber protein bagi masyarakat serta ketersediaan sumberdaya produktif (Najoan, 2012). Peternakan puyuh yang diusahakan peternak di Sulawesi Utara umumnya masih bersifat tradisional karena cara pemeliharaannya yang masih dikandangkan secara tradisional. Disisi lain, usaha ternak puyuh termasuk usaha yang cukup menjanjikan apabila diusahakan secara profesional karena dapat menjadi sumberdaya pendukung badan usaha milik desa/rakyat.

Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) adalah lembaga usaha desa yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa (UU No. 6 Tahun 2014). Sehubungan dengan definisi tersebut, di penduduk desa Sulawesi Utara memiliki peluang meningkatkan perekonomian masyarakat desa melalui pemberdayaan pemberdayaan usaha peternakan puyuh.

Tahun 2013, melalui program pemberdayaan masyarakat telah memberikan bantuan sebanyak 100 ekor ternak puyuh pada kelompok peternak puyuh Blessing di Kelurahan Winangun Satu. Permasalahannya, sampai saat ini, belum terjadi peningkatan jumlah ternak bahkan terjadi pengurangan jumlah kepemilikan karena kematian ternak puyuh. Ternak puyuh hanya dipelihara dalam kandang tradisional menyebabkan ternak puyuh tidak produktif dalam pertumbuhan berat badan dan produksi telur. Keadaan tersebut dibuktikan dengan hasil observasi yang didapati bahwa sampai saat ini ternak puyuh tidak memperlihatkan tingkah laku produktif. Tingkat pengetahuan anggota kelompok tentang pemeliharaan ternak puyuh sangat rendah, karena sebelumnya belum pernah memelihara ternak puyuh (Notoatmodjo, 2007; Badriyah dan Setiawan, 2012).Berdasarkan pemikiran tersebut, pemberdayaan perlu dilakukan melalui penerapan ipteks bagi anggota kelompok, selanjutnya dilakukan kajian terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut.

MATERI DAN METODE

Materi penelitian ini yaitu anggota kelompok tani Blessing di Kelurahan Winangun Satu, dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa kelompok tersebut memelihara ternak puyuh dan aktif dalam kegiatan organisasi kemasyarakatan. Prosedur penelitian meliputi pengukuran tingkat pengetahuan anggota kelompok sebelum dan sesudah kegiatan penerapan ipteks dalam bentuk penyuluhan dan pelatihan. Penyuluhan dilakukan terhadap anggota kelompok dengan tujuan mengubah perilaku sumberdaya anggota kelompok ke arah yang lebih baik (Pambudy, 1999). Beberapa falsafah penyuluhan adalah: (1) penyuluhan menyandarkan programnya pada kebutuhan petani; (2) penyuluhan pada dasarnya adalah proses pendidikan untuk orang dewasa yang bersifat non formal. Tujuannya untuk mengajar petani, meningkatkan kehidupannya dengan usahanya sendiri, serta mengajar petani untuk menggunakan sumberdaya alamnya dengan bijaksana; dan (3) penyuluh bekerja sama dengan organisasi lainnya untuk mengembangkan individu, kelompok dan bangsa. Materi penyuluhan yaitu cara memelihara ternak puyuh dalam kandang minimalis. Pelatihan meliputi praktek pengadaan kandang minimalis untuk 100 ekor ternak puyuh. Pengujian terhadap tingkat penerapan ipteks pada anggota kelompok menggunakan data yang terkumpul melalui hasil wawancara, dilanjutkan analisis statistik menggunakan uji t-test.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik anggota kelompok

Responden dalam penelitian ini dijelaskan melalui karakteristik anggota kelompok menggunakan variabel umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan pokok dijelaskan pada Tabel 1.

Tabel 1
Tabel 1

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa anggota kelompok memiliki umur 35-52 tahun, termasuk tenaga kerja produktif (UU tenaga kerja No. 14 tahun 1969). Kisaran umur tersebut mengisyaratkan bahwa anggota kelompok memiliki kemampuan secara fisik dalam menjalankan dan mengadopsi teknologi untuk peningkatan produktivitas usaha ternak puyuh. Tingkat pendidikan anggota kelompok yaitu lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 40% dan lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 60%. Tingkat pendidikan erat kaitannya dengan kemampuan seseorang memahami sesuatu, sehingga tingkat pendidikan anggota kelompok cukup mampu menerapkan ipteks yang diperkenalkan. Secara umum anggota kelompok belum memiliki pengetahuan tentang budidaya ternak puyuh. Semua anggota kelompok memelihara ternak puyuh dengan cara dikandangkan. Pekerjaan pokok anggota kelompok sebagian besar yaitu sebagai buruh, sehingga walaupun tidak memiliki pengalaman memelihara ternak puyuh, namun secara ekonomi  perlu dibantu oleh Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Teknik perkandangan sebagai penerapan teknologi budidaya ternak puyuh.

Menurut Achmanu, Muharlien, dan Salaby. (2011), kandang bagi ternak puyuh berfungsi sebagai pelindung bagi ternak dari sengatan panas sinar matahari maupun hujan, memudahkan peternak untuk pengawasan bagi ternak dalam hal pemberian pakan dan minum, serta memudahkan dalam pembersihan kotoran ternak dan juga mencegah pencurian ternak. Selanjutnya Mukomoko, J.A. (1977) menyatakan bahwa, untuk 100 ekor ternak puyuh diperlukan kandang dengan ukuran ± 2 × 1,25 meter. Kandang puyuh dapat berupa kandang barak dan kandang kelompok umur, luas kandang  diperhitungkan tidak boleh kurang dari 1,0 m2/100 ekor. Ukuran kandang kelompok umur dapat lebih kecil dari kandang barak, yaitu sekitar 1,0 m2/100 ekor, masing-masing untuk kelompok umur pertumbuhan (Priyatno, Martono. 1999).

Pengetahuan tentang fungsi dan ukuran kandang serta teknik pemeliharaan ternak dalam kandang diberikan pada anggota kelompok dalam bentuk penyuluhan, selanjutnya diikuti dengan pembangunan kandang jenis barak untuk memelihara 100 ekor ternak puyuh. Penerapan ipteks mengenai teknik perkandangan bagi kelompok dijelaskan pada Gambar 1

foto2 foto

 

 

 

 

 

 

 

 

Kegiatan penyuluhan dengan materi fungsi dan ukuran kandang serta teknik perkandangan merupakan penerapan teknologi budidaya ternak puyuh, dimaksudkan agar pengetahuan anggota kelompok dapat meningkat sebagai upaya peningkatan produksi dan pendapatan bagi anggota kelompok. Pembangunan kandang kapasitas 100 ekor ternak puyuh dilaksanakan setelah kegiatan penyuluhan melalui partisipasi anggota kelompok.

Tingkat keberhasilan penerapan Ipteks dalam upaya pemberdayaan kelompok sebagai sumberdaya penunjang Badan Usaha Milik Rakyat

Keberhasilan pelaksanaan kegiatan penyuluhan dapat diketahui apabila terjadi perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah kegiatan. Analisis keberhasilan pelaksanaan penerapan ipteks dalam upaya pemberdayaan kelompok, dijelaskan pada tabel 2.

Tabel 2. Analisis Tingkat Keberhasilan Penerapan Ipteks
Tabel 2. Analisis Tingkat Keberhasilan Penerapan Ipteks

Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa secara umum terdapat perbedaan nyata tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah kegiatan penerapan ipteks. Sebelum kegiatan penerapan ipteks, tingkat pengetahuan anggota kelompok sangat rendah yang ditunjukkan oleh nilai rataan score pada indikator cara mendeteksi penyakit, cara pengobatan ternak, sanitasi kandang dan vaksinasi. Keadaan tersebut sejalan dengan kenyataan di lapangan yang menunjukkan bahwa anggota kelompok sebelumnya tidak memiliki pengalaman beternak atau memelihara ternak puyuh. Selanjutnya tingkat pengetahuan anggota kelompok bertambah setelah dilaksanakan kegiatan penerapan ipteks. Walaupun memiliki score yang bertambah dan perbedaannya nyata, namun terlihat bahwa perubahan tingkat pengetahuan hanya meningkat sebesar 10 score. Keadaan tersebut membuktikan bahwa kegiatan penyuluhan saja belum cukup membuat anggota kelompok memahami dan mampu menerapkan teknologi tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan praktek secara berulang-ulang sampai anggota kelompok mampu menerapkan pada ternaknya. Hal tersebut berhubungan juga dengan tingkat pendidikan anggota kelompok yang dapat mempengaruhi pola berpikir, kemampuan belajar, dan taraf intelektual. Dengan pendidikan formal maupun informal maka peternak akan memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas sehingga lebih mudah merespon suatu inovasi yang menguntungkan bagi usahanya (Mubyarto, 1986). Demikian pula dengan peternak yang pengalaman beternaknya cukup lama akan lebih mudah diberi pengertiannya (Margono dan Asngari, 1969).

KESIMPULAN

Pemberdayaan kelompok peternak puyuh melalui kegiatan penerapan ipteks teknik pemeliharaan ternak puyuh dalam kandang minimalis telah berhasil dilaksanakan. Kegiatan tersebut mampu meningkatkan pengetahuan anggota kelompok.

Perlu dilakukan pendampingan bagi anggota kelompok agar yakin tentang teknologi perkandangan.

 DAFTAR PUSTAKA

Achmanu, Muharlien, dan Salaby. 2011. Pengaruh lantai kandang (rapat dan renggang) dan imbangan jantan-betina terhadap konsumsi pakan, bobot telur, konversi pakan dan tebal kerabang pada burung burung puyuh. J.Ternak Tropika Vol. 12, No.2: 1-14,2011.

Bangunan Di Indonesia Dengan Iklim Tropis Lembab Ditinjau Dari Aspek Fisika Bangunan.  Depdikbud.

Buletin Konsumsi Pangan. 2014. Volume 5 (1) Tahun 2014. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian.

Listyowati, Elly. 2004. Tata Laksana Budidaya Puyuh Secara Komersial. Jakarta : Penebar Swadaya.

Margono, Slamet dan P.S. Asngari, 1969. Penyuluhan Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.

Mubyarto, 1986. Pengantar Ekonomi Pertanian.LP3ES. Jakarta

Mukomoko, J.A. 1977. Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan. Jakarta : Kurnia Esa.

Pambudy, R. 1999. Perilaku Komunikasi, Perilaku Wirausaha Peternak, dan Penyuluhan Dalam Sistem Agribisnis Peternakan Ayam. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Priyatno, Martono. 1999. Membuat Kandang Ayam. Jakarta : Penebar Swadaya

Subandriyo. 2004. Pengelolaan Plasma Nutfah Hewani sebagai Aset dalam Pemenuhan Kebutuhan Manusia. Renstra Program Pengelolaan Keanekaragaman Hayati dan Tanaman Budidaya Bapedalda Propinsi Papua.