Orang Tua Murid Kecewa, 48 Siswa SMA 1 Belang Tidak Naik Kelas

SMA 1 Belang, Drs Hj Sudir Beu,RATAHAN, (manadotoday­.co.id) – Ini mungkin pertama kali terjadi di dunia pendidikan di Proveinsi Sulawesi Utara, saat pengumuman kenaikan kelas pada 6 April 2018 lalu, 48 siswa SMA 1 Belang dinyatakan tidak naik kelas. Hal ini membuat para orang tua murid kecewa kepada pihak sekolah, terutama pada guru yang membimbing para siswa tersebut.

Para siswa tidak habis pikir akan menghadapi kenyataan pahit tidak naik kelas pada pengumuman kenaikan 6 April 2018 lalu, apalagi, bukan hanya satu atau dua murid yang tidak naik kelas, melaikan 48 murid. Padahal, semua amanat sistem pendidikan mampu dituruti siswa. Bahkan tak jarang harus menuruti tugas tambahan non akademik semisal mengikat sapi dan memetik rica di kebun pribadi oknum guru inisial SB. Namun, bukanlah persoalan memetik cabe dan ikat sapi di kebun guru saat jam pelajaran, yang tengah dipersoalkan siswa dan orang tua murid saat ini, melainkan janji pihak sekolah yang akan mempertimbangkan kembali keputusan tersebut. Sayangnya, hingga Senin (24/7) kemarin, janji pihak sekolah tidak jelas.

“Ada yang tidak beres. Anak saya tergolong berprestasi di sekolah. Kok bisa tidak lulus?,” heran Rivandi Simbala, salah satu orang tua murid, Selasa (24/7/2018).

Sebaliknya, kata Simbala, anak-anak yang digolongkan malas dan punya catatan buruk di lingkungan sekolah dan masyarakat, bisa naik kelas.

“Saya benar-benar heran. Ada salah satu anak yang pernah terlibat aksi kekerasan dan harus menginap di kantor polisi selama beberapa hari, malah diluluskan pihak sekolah,” bebernya penuh heran.

Dia pun berkesimpulan pihak sekolah telah mengambil tindakan yang sangat keliru. Lantaran sepengetahuannya anaknya tengah bersekolah dengan baik. Bahkan sering mengikuti perlombaan seperti lomba berbahasa Jerman dan lainnya. Sehingga ia pun tak meragukan dan meyakini anaknya bisa naik kelas.

“Tapi itulah yang saya heran. Waktu terima rapor dinyatakan tidak lulus. Seketika itu pula perasaan saya langsung hancur,” ucapnya.

Lebih anehnya, lanjut Simbala, ada dua mata pelajaran yang kosong pada rapor anaknya. Padahal anaknya telah mengikuti ujian mata pelajaran yang dimaksud.

“Nanti setelah diingatkan ke guru yang bersangkutan, barulah dua nilai ujian mata pelajaran anak saya diisi. Ternyata gurunya sendiri yang lupa mengisi nilai ujian di rapor,” semprotnya penuh kesal.

Melihat hal tersebut, LSM Gemma Mitra mengkritisi sistem mengajar para guru di SMA Negri 1 Belang hingga mencapai 48 siswa tidak naik kelas.

“Memang sudah banyak masalah di sekolah tersebut. Hemat saya sudah saatnya dilakukan penyegaran di tubuh pengurus sekolah. Mulai dari kepala sekolah hingga guru-guru perlu diganti. Itu supaya cara-cara mengajar yang tidak wajar bisa hilang. Kalau tidak, selamanya akan seperti itu,” ujar LSM Gemma Mitra Fitri Tawo.

Sementara Wakil Kepala Sekolah SMA N 1 Belang Drs Hj Sudir Beu, membantah akan hal tersebut. Menurutnya putusan sekolah sudah bulat dan sesuai amanat K13. Bahkan menurut Sudir, tidak meluluskan 48 siswa adalah langkah berani pihak sekolah demi memperoleh hasil yang hakikih.

“Nilai siswa-siswa yang tidak lulus itu belum mencapai KMK (Kriteria Ketuntasan Maksimal). Menurut metode K13, siswa yang tidak mencapai nilai KMK di atas dua mata pelajaran, tidak bisa diluluskan. Sementara siswa-siswa yang dimaksud mengantongi lebih dari dua mata pelajaran yang tidak mencapai standar KKM,” terang Sudir. (ten)