Rangkaian Peringatan Hari Air Dunia, Sekprov Sulut: Jaga Kelestarian Alam untuk Air Berkualitas

MANADO, (manadotoday.co.id) – Memperingati hari Air Dunia yang biasa diperingati setiap tanggal 22 Maret, Balai Wilayah Sungai Sulawesi (BWSS) 1 Sulawesi Utara menggelar sejumlah kegiatan. Senin (19/3), BWSS 1 melaksanakan Workshop Pembinaan Kemitraan Pemerintah PT-KPS di Hotel Quality, Manado.

hari air duniaWorkshop Pembinaan Kemitraan Pemerintah PT-KPS ini dibuka oleh Sekretaris Provinsi Sulawesi Utara Drs Edwin Silangen yang diwakili Kepala Biro Pembangunan Edwin Kindangen. Silangen, kutip Kindangen, berdasarkan tema peringatan Hari Air Dunia “Lestarikan Alam untuk Air” mengandung maksud bahwa air yang berkualitas harus dihasilkan dari lingkungan yang berkualitas pula. Sebab, permasalahan air yang tercemar makin mencemaskan karena perubahan lingkungan.

“Peran semua stakeholders pembangunan di negeri ini untuk menjaga kelestarian alam, agar air yang menjadi sumber kehidupan mahluk hidup terjaga kualitasnya,” kata Sekprov seperti melalui Karo Pembangunan.  Menurut Sekprov, sungai di Sulut yang menjadi fasilitas penting sebagai penyedia air permukaan untuk manusia dan mahluk hidup lainnya, kondisinya juga makin parah karena kerusakan lingkungan hulu, pencemaran akibat aktivitas masyarakat, dan ada juga karena aktivitas perusahaan.

“Dalam kasus ini harus ada kesatuan visi, misi, dan pemahaman bahwa sungai bukan lagi tempat air mengalir hingga terbuang ke laut, tapi harus dikelola dan dijaga kualitasnya untuk menghidupi semua mahluk hidup,” ujarnya.

Sementara itu, salah satu pembicara yakni Dwi Agus Kuncoro ST MT, Kabid Perencanaan dan Program Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung menyentil political will pemerintah untuk menggerakkan segala upaya, terobosan, hingga teknologi guna menyelamatkan lingkungan dan air. Sebab, kecil atau besar pengaruh teknologi yang akan diterapkan, bila tak ada political will pemerintah, jadi tidak ada gunanya.

“Terpakai, tapi manfaatnya tidak terasa karena hanya yang penting sudah diterapkan. Padahal, banyak sekali teknologi, termasuk untuk penyelamatan lingkungan dan air. Jadi, bila ada political will pemerintah, teknologi yang kecil sekali pun akan berdampak besar,” ujar Kuncoro yang juga mewakili Kepala BBWS Cimanuk Cisanggarung Ir. Bob Lombogia dalam materinya juga menguraikan, untuk menerapkan teknologi dalam penyelamatan lingkungan dan air harus menyesuaikan dengan kondisi tanah. Artinya, perlu kajian yang matang sebelum menerapkan teknologi.

“Misalnya untuk memanfaatkan air hujan yang terbuang, tidak melulu harus dengan biopori atau sumur resapan. Sebab, jika jenis tanahnya lempung ekspansif, yang terjadi justru longsor karena air yang masuk memperparah kondisi dalam tanah,” ujar Agus. “Contoh juga di salah satu titik di Tol Cipali, ada tanah yang sering longsor, solusinya justru hanya ditanami dengan vegetasi tertentu dan bukan dibangun talud, sampai sekarang tidak longsor lagi. Teknologi yang tepat itu tidak harus mahal,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala BWSS 1 Sulut Djidon Watania menyebutkan peringatan Hari Air Dunia yang tiap tahun digelar menjadi pengingat kepada seluruh elemen pembangunan bahwa air itu adalah kebutuhan paling utama, yang harus dijaga ketersediaan dan kualitasnya.
“Artinya, jangan boros air walaupun melimpah karena kesatuan lingkungan tidak lagi layak untuk menjaga ketersediaannya. Dan juga harus menjaga kualitasnya karena untuk keberlangsungan hidup,” ujarnya. (*hma)