PIKI Siap Gelar Seminar Nasional Nilai Kebangsaan dan Sejarah Kebudayaan Lokal Minahasa

Perang Tondano, Kebudayaan Lokal Minahasa, Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia , PIKI minahasa
Meidy Tinangon

TONDANO, (manadotoday.co.id) – Upaya hegemoni bangsa asing terhadap wilayah Nusantara telah melahirkan berbagai persoalan bagi masyarakat. Kondisi itu akhirnya memantik berbagai bentuk perlawanan rakyat. Anak-anak bumi pertiwi yang tertindas, terusik dan berupaya melepaskan diri dari belenggu derita itu. Pengalaman historis itu juga dialami masyarakat Minahasa yang mendiami jazirah utara Selebes. Rakyat Minahasa yang tidak ingin dicurangi, diperlakukan semena-mena, memilih untuk angkat kepala. Gerakan perlawanan Minahasa itu bergelora dalam perisitiwa heroik yang dikenal dengan “Perang Tondano”.

Kisah perjuangan masyarakat Minahasa tersebut tersaji dalam rentang waktu 1661-1809. Upaya tak henti dilakukan para penjajah untuk menguasai tanah Minahasa, rakyat dan kekayaan yang terkandung di dalamnya namun semangat perjuangan rakyat pun tak pernah padam. Laki-laki, perempuan, orang dewasa dan anak-anak, terlibat dalam arak-arakan perjuangan itu. Tangis dan air mata, melayangnya jiwa para waraney (ksatria), mewarnai kisah itu. Namun, melawan sampai titik darah penghabisan adalah pilihan terbaik para leluhur Minahasa ketimbang memberi tanah dan anak-cucunya bagi penjajah. Perjuangan dan pengorbanan dari peristiwa “Perang Tondano” mempunyai nilai yang tak terhingga. Terutama untuk direfleksikan bagi pembangunan Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara dan Negara Indonesia tercinta.

Nilai perjuangan dan pengorbanan tersebut dapat dijadikan “senjata” untuk menangkal berbagai gempuran di era (post) modern ini. Bangsa dan Negara Indonesia hingga kini terus dirong-rong oleh berbagai “kepentingan luar”, kuasa asing, dan macam-macam ideologi. Ancaman itu bisa meruntuhkan bangsa ini kapan saja. Namun, gerak melawan dengan bergandengan tangan seluruh elemen bangsa, baik masyarakat maupun pemerintah, diyakini dapat menangkal bahaya itu. Nilai-nilai sejarah-budaya lokal masing-masing bisa menjadi pilar penting untuk mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik (NKRI) Indonesia. Salah satunya, nilai-nilai yang terkandung dalam peristiwa “Perang Tondano”.

Terkait hal tersebut, Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia (PIKI) Minahasa bersama organisasi sosial “Wangunta Waya” Tondano dan Komunitas Pawowasan Toudano, berencana menggelar SEMINAR NASIONAL NILAI KEBANGSAAN DAN SEJARAH – KEBUDAYAAN LOKAL MINAHASA DIRANGKAIKAN DENGAN PENTAS SENI BUDAYA MINAHASA, yang rencananya akan dilaksanakan di Benteng Moraya pada Sabtu 11 November nanti..

Meidy Tinangon selaku ketua panitia kegiatan didampingi Janri Rumambi dan Jerry Wuisang, mengatakan maksud dari seminar ini untuk dapat mengangkat nilai-nilai budaya dalam satu bingkai kebangsaan serta menggali dan mengangkat nilai-nilai sejarah besar perjuangan rakyat Minahasa melawan imprialisme dalam peristiwa Perang Tondano (1661-1809) .

“Adapun tujuan kegiatan ini untuk Memperkuat 4 Pilar Bangsa melalui nilai-nilai budaya lokal khususnya nilai Budaya Minahasa. Serta mengangkat nilai-nilai sejarah besar perjuangan rakyat Minahasa melawan imprialisme dalam peristiwa Perang Tondano (1661-1809) secara nasional. Yang nantinya akan Menjadi bahan masukan kepada Pemerintah untuk dapat melestarikan dan mengembangkan situs sejarah Nasional. Sekaligus mengangkat nilai-nilai sejarah besar perjuangan rakyat Minahasa melawan imprialisme dalam peristiwa Perang Tondano (1661-1809) secara nasional untuk dapat diterapkan dalam Kurikulum Nasional khususnya mata Pelajaran Sejarah yang bisa Menjadi bahan referensi bagi lembaga pendidikan maupun akademisi di bidang ilmu sejarah ,” ujarnya.

Dalam seminar ini akan menampilkan pembicara dari Dirjen Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Dr. Hilmar Farid, Dr. Ivan Kaunang (sejarawan). (Rom)