TOMOHON, (manadotoday.comid) – Anggota Komite III Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD-RI) Ir Stefanus BAN Liow mengungkapkan, untuk menerapkan Full Day School, perlu mempertimbangkan beberapa hal. Pertama, sarana prasarana belajar relatif memadai, area sekolah yang luas sehingga lingkungan sekolah menyenangkan anak didik, di dalamnya tersedia berbagai fasilitas seperti olahraga dan kesenian. Kedua, media belajar termasuk buku-buku pelajaran di perpustakaan sekolah yang relatif cukup dan terbaru.
Ketiga, ketersediaan guru yang proporsional dan berkualitas Keempat, kemampuan manajemen administrasi dan keuangan sekolah yang mampu menghadirkan guru selama anak didik di sekolah dan meningkatkan kesejahteraan guru sebagai dampak dari waktu guru dan administrator sekolah habis di sekolah dari pagi hingga sore hari Kelima, sekolah harus juga menyediakan ruang untuk anak didik didik tidur apabila mengalami kelelahan akibat banyaknya aktivitas di sekolah. Keenam, sekolah yang mampu menyediakan kantin yang menjual makanan sehat.
”Permasalahan kedua, Indonesia apabila ditinjau dari letak geografis, kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat yang sangat beragam di seluruh pelosok tanah air, apakah akan memungkinkan diimplimentasi program full day school. Misalnya di daerah pedesaan, di mana anak anak-anak sepulanf dari sekolah harus membantu orangtuanya bekerja di kebuh, sawah dan di tempat usaha lainnya,” ujar SBAN Liow.
Program full day school akan menyebabkan anak-anak sekolah dipedesaan akan dihadapkan pada pilihan yang sulit. Kondisi ekonomi keluarga yang masih kekurangan membuat banyak anak-anak yang harus bekerja membantu orangtua.
Sekolah-sekolah didaerah pantai, pegunungan, perkotaan, pedesaan dan dipedalaman memiliki permasalahan masing-masing. Kondisi ekonomi keluarga dari anak-anak didik yang kebanyakan relatif belum sejahtera dipastikan akan menjadi kendala juga secara langsung atau tidak langsung dalam mengimplimentasikan program full day school. (ark)
