GEBRAKAN IRJEN LUMOWA MEMANTAPKAN POLRI YANG PROMOTER DAN HUMANIS

Irjen Pol. Royke Lumowa (kanan) dan Lexie Kalesaran/penulis (kiri)
Irjen Pol. Royke Lumowa (kanan) dan Lexie Kalesaran/penulis (kiri)

(Oleh : Lexie Kalesaran)

Irjen Pol. Royle Lumowa nemang baru beberapa bulan bulan menjabat Kapolda Sulawesi Utara. Upacara serahterima jabatan (sertujab) Kapolda Sulut dari Irjen Pol. Sigir Tri Harjanto kepada Irjen Pol Lumowa berlangsung di Mabes Polri pada 11 Februari 2020 bersamaan dengan sejumlah pejabat tinggi lainnya.

Upacara penerimaan dan acara pisah-sambut berlangsung pada 17 Februari 2020. Upacara penerimaan dilangsungkan di halaman Mapolda Sulut pagi sementara acara pisah-sambut diadakan di Four Point Hotel malam harinya.

Bila dilihat dari rentang waktu menjabat, memang terlihat belum begitu lama. Ia digantikan karena akan menjabat Analis Kebijakan Utama Lemdikpol dan persiapan memasuki masa pensiun pada akhir September 2020.

Walaupun termasuk cukup singkat, namun sejumlah prestasi/terobosan/gebrakan telah berhasil ditunjukkan mantan Kapolda Papua Barat dan Maluku ini.

Yang sangat menonjol dan akan dicatat dalam sejarah kepolisian baik Pusat (Mabes) maupun Daerah (Polda Sulut) adalah ketika beliau mengubah pataka dan gambar logo Polda Sulut.

Bahasa sansekerta yang termuat dalam pataka diubah menjadi bahasa daerah khususnya Minahasa. Gambar yang ada di logo ditambahkan kekayaan daerah ini.
Soft Opening pencanangan perubahan tersebut dilakukan di Puncak Gunung Klabat. Sejumlah PJU (Pejabat Utama) Polda dan Polres Minahasa Utara (lokasi pencanangan) hadir dengan mendaki sehari sebelumnya.

Grand Openingnya dilaksanakan di halaman Mapolda Sulut beberapa hari kemudian, yang dilakukan secara terbuka namun terbatas. Protokol kesehatan tetap dijalankan pada acara penuh makna itu.

Pemasukkan bahasa daerah dan potensi kekayaan bumi Nyiur Melambai ini menggambarkan perhatian/kepedulian beliau terhadap daerah tercinta ini. Ia ingin mengangkat sekaligus mematrikannya bukan hanya untuk lingkungan Polri (Polres/ta, Polda dan Mabes) tapi juga ‘dunia luar.’

Diyakini, gebrakan ini akan tercatat dalam tinta emas bukan hanya di lingkungan kepolisian tetap juga lingkungan lainnya (luar).

Mengubah pataka dan gambar/logo sebuah institusi/lembaga termasuk Polda tidaklah mudah dan membutuhkan waktu. Membutuhkan persetujuan pimpinan di atas (dalam hal ini Mabes).

Hal lain yang dibuat dan menjadi perhatian sekaligus apresiasi baik pemerintah maupun masyarakat adalah ketika membentuk Maleo Tim sebagai garda terdepan dalam upaya pemberantasan kejaharan, membentuk Satgas untuk pemberantasan mafia tanah, penertiban PETI (penambang emas tanpa izin).

Dalam masa pandemi covid-19, Polda Sulut di bawah kepemimpinannya bersama staf dan jajaran Polres/ta bahkan sampai ke Polsek-Polsek melainkan turba (turun ke bawah).

Selain memberikan penerangan/sosialisasi/edukasi kepada masyarakat tentang upaya pencegahan penyebaran covid-19, beliau, staf dan Polres/ta serta Bhayangkari baik tingkat Polda maupun Polres/ta memberikan bantuan sosial (bansos).dan masker kepada harga terdampak covid-19. Penyerahan bansos dan masker dilakukan dengan tetap mengikuti protokol kesehatan.

Masih banyak lagi terobosan/gebrakan yang dibuatnya bersama jajarannya untuk mengangkat citra/performa termasuk pemantapan tugas pokok Polri sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat, penegakkan hukum serta pemeliharaan kamtibmas.

Banyak pula hal yang dibuatnya dalam lingkungan internal. Beliau tak segan melakukan/memberikan contoh yang baik/positif.

Apa yang dibuat Irjen Pol. Drs. Royke Lumowa, MM diyakini semakin memantapkan kebijakan/strategi/program Polri yang Promoter (profesional, modern dan terpercaya) serta humanis.(**)