BPJS Kesehatan: Penerapan Good Governance, Perkokoh Tatanan Ekosistem

Kemal Imam Santoso, BPJS
Kemal Imam Santoso

Jakarta, (Manadotoday.co.id) – Direktur Keuangan dan Investasi BPJS Kesehatan, Kemal Imam Santoso mengatakan, sebagai badan hukum publik yang fokus terhadap implementasi tata kelola yang baik ataugood governance, BPJS Kesehatan senantiasa menyelenggarakan program JKN-KIS berdasarkan  prinsip  kehati-hatian  dan  akuntabilitas.

Lanjutnya, tatakelola  yang  baik  berhasil  membawa  BPJS Kesehatan  meraih  opini  Wajar  Tanpa  Modifikasian  (WTM) 6  kali secara  berturut-turut  sejak  tahun 2014 sampai dengan 2019.
Selain  itu,  BPJS  Kesehatan  juga  memperoleh  predikat  sangat  baik  melalui assesment oleh  Badan Pengawasan  Keuangan  dan  Pembangunan  (BPKP)  pada  tahun  2018.  Tak  hanya  itu,  BPJS Kesehatan  pun  menjadi  salah  satu  dari  50  instansi  paling  patuh  100%  dalam  hal  penyampaian Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) pada tahun 2020.

“Tentu  yang  saat  ini  menjadi  tantangan  adalah  bagaimana  seluruhstakeholderyang  ada  dalam ekosistem  Program  JKN-KIS  juga  dapat  menerapkan  tata  kelola  yang  baik  untuk  keberhasilan program  ini.  Presiden  telah  menerbitkan  Peraturan  Presiden  Nomor  25  Tahun  2020  mengenai  Tata Kelola  Badan  Penyelenggara  Jaminan  Sosial,  diharapkan  melalui  Perpres  tersebut  akan  semakin mematangkan sistem tata kelola yang berkesinambungan bagi seluruh pemangku kepentingan JKN,” kata Kemal.

Kemal  juga  memaparkan  dalam  penerapan  tata  kelola  yang  baik,  BPJS  Kesehatan  memanfaatkan penerapan  teknologi dan  sistem  informasi  secaraend-to-end dan  terintegrasi.  Misalnya  dimulai  dari proses  rekrutmen  peserta,  pengumpulan  iuran  hingga  pengajuan  dan  pembayaran  klaim.  Sistem yang digunakan adalah berbasis aplikasi web dan juga aplikasi mobile yang datanya dikelola secara terpusat di Data Center BPJS Kesehatan.

“Pemanfaatan  teknologi  dan  sistem  informasi  juga  berperan  sebagai enabler yang   mampu memangkas aktivitas birokrasi yang dirasa rumit namun tetap transparan dan memenuhi aspek good governance.  Selain  itu  BPJS  Kesehatan  telah  membangun  ekosistem  teknologi  informasi yang mengintegrasikan  layanan  untuk  peserta  JKN-KIS,  fasilitas  kesehatan,  layanan  perbankan,  dan operasional kantor cabang di seluruh Indonesia,” tambah Kemal.

Contohnya  dalam  proses  pendaftaran peserta,  sistem  BPJS  Kesehatan  telah  terintegrasi  dengan beberapa stakeholder kaitannya  terhadap  validasi  data  seperti  Kementerian  Dalam  Negeri  (Dirjen Kependudukan  dan  Catatan  Sipil),  Badan  Kepegawaian  Nasional  (BKN),  Kementerian  Sosial  dan lainnya.  Dengan  adanya  integrasiby  system tersebut,  maka  integritas  dan  validitas  data  dapat dipertanggungjawabkan dan akuntabel.

Kemal  menambahkan  dalam  pengelolaan  iuran,  sistem  BPJS  Kesehatan  juga  telah  terintegrasi dengan  lembaga  keuangan  seperti  Bank,  perusahaan financial  technology  (fintech),  serta  lebih  dari 694  ribu  kanal pembayaran Payment  Point  Online  Bank(PPOB)  mulai  yang  ada  di  kota  hingga  ke pelosok  desa,  termasuk  juga  pembayaran  secara online melalui  berbagai  situs  atau  aplikasie-commerce.  Bahkan  saat ini  Peserta  JKN-KIS  dapat  melakukan  pembayaran  secaramobilemelalui aplikasi Mobile JKN.

BPJS Kesehatan juga bersinergi dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) untuk memastikan keamanan  aset  data  dalam  Program  JKN-KIS  terjamin  serta  adanya  pelindungan informasi  dan transaksi elektronik. Kemananan data juga mencakup data perorangan yang spesifik, kompleks dan bervariasi,seperti  riwayat  kesehatannya,  rekam  medik,  pernah  berobat  ke  mana  saja  juga  dimiliki BPJS Kesehatan karena berkaitan dengan verifikasi pembayaran klaim.
Sementara  itu,  Staf  Khusus  Menteri  Keuangan  RI  Yustinus  Prastowo,  mengungkapkan  tantangan pengelolaan  JKN  khususnya  milenial  adalah  bagaimana  kecepatan  pada  layanan.

Pemanfaatan teknologi informasi akan mendukung hal tersebut.“Apa yang dikembangkan  BPJS  Kesehatan  dan  mitra  kerja  sudah  sangat  baik  khususnya  dalam memanfaatkan teknologi informasi. Milenial tidak akan hengkang, pelayanan lebih cepat dan praktis, sehingga  kesadaran  dan  gotong  royong  bagi  semua  kalangan  masyarakat  akan  terbangun,” kata Yustinus.

Yustinus  menekankan  gotong  royong  seluruh  masyarakat  ini  sangat  penting,  ia  mencontohkan misalnya untuk  pelayanan  cuci  darah.

Menurutnya  rata-rata  pasien  cuci  darah  dalam  1  tahun mengakses 55 kali pelayanan, jika diasumsikan dalam 1 kaliakses membutuhkan biaya sekitar Rp1 juta,  maka  dalam  setahun  biaya  yang  dikeluarkan  untuk  1  pasien  cuci  darah  Rp55  juta.

Jika dibandingkan  dengan  iuran  yang  disetorkan,  misalnya  kelas  3  diakumulasi  selama  1  tahun  hanya membayar iuran  Rp306.000.  Jika  peserta  ada  di kelas  1  hanya  menyetorkan  Rp1,8juta  untuk  biaya pelayanan cuci darah sebesar Rp55 juta.

Deputi  Pengawasan  Bidang  Polhukam  PMK  BPKP  Iwan  Taufiq  Purwanto,  mengatakan  dukungan teknologi  informasi  diperlukan  misalnya  untuk  menjaga  data  peserta  valid,  akan  mempermudah akses layanan kesehatan, pembayaran iuran, juga jika diperuntukan untuk hal pengawasan.

“Ini  sejalan  dengan  salah  satu  yang  menjadi  rekomendasi  kami  adalah  terkait  dengan  data kepesertaan  yang  harus  diupayakan  dilakukan cleansing  data. Serta  optimalisasi  penagihan  iuran peserta   PBPU.   Kami   pun   mendorong   tata   kelola   bagi   mitra   BPJS   Kesehatan   juga   harus dioptimalkan,” kata Iwan