Dinas Kebudayaan Sulut Gelar Diskusi Terkait Motif Kain Sulut

SULUTtmp-cam-518980065, (manadotoday.co.id) – Dinas Kebudayaan Pemprov Sulawesi Utara (Sulut), menggelar diskusi untuk membicarakan motif kain tradisional Sulut, yang memiliki banyak keragaman.

Acara yang dilaksanakan lewat Focus Grup Discussion, di Hotel Gran Puri Manado, Kamis (16/2/2017), dibuka Wakil Gubernur Sulut, Steven Kandouw.

Dalam sambutannya, Kandouw mengatakan, Sulut memiliki ragam kebudayaan, salah satunya kain tradisional. Oleh karena itu, lewat pertemuan ini akan dibahas motif desain kain Sulut yang dapat diterima oleh seluruh masyarakat.

Dijelaskan Kandouw, Sulut dikenal sebagai provinsi yang memiliki kekayaan corak kain yang beragam. Setiap daerah memiliki corak berbeda. Seperti kain bentenan dari Minahasa dan kinatola dari Bolaang Mongondow.

“Setiap kain bak lukisan yang memiliki cerita, ciri khas dan pesan yang ingin disampaikan pembuatnya pada orang-orang. Kain-kain ini juga sangat beragam dan mewakili daerah asalnya. Melalui motif di kain tradisional keberagaman dapat dipersatukan,” terang Kandouw.

Lanjut mantan Ketua DPRD Sulut ini, jika dahulu kain tradisional dinilai kuno dan ketinggalan zaman, kini citra kain tradisional akan dibuat sebagai identitas warga Sulut.

“Pertemuan ini harus menghasilkan kesepakatan. Kita harus bisa sepakat menentukan motif kain Sulawesi Utara. Ini akan menguatkan jati diri dan persatuan kita,” ungkap Kandouw.

“Untuk mencegah kesalahan penentuan corak kain yang bisa berujung keberatan dari sebagian masyarakat daerah lainnya di Sulut,” tukasnya.
Kandouw menambahkan, lewat Focus Grup Discussion ini juga, diharapkan masyarakat Sulut mencintai daerahnya melalui kain tradisional.
“Motif kain yang kita sepakati nantinya akan digunakan dalam berbagai kegiatan. Tak hanya sekedar di kantor namun juga di sekolah,” pungkasnya.

Budayawan Sulut, Reiner Ointoe, dalam pertemuan itu, mengatakan, identifikasi latar belakang kain di Sulut yang beragam menjadi pintu masuk pencapaian motif desain kain yang nantinya digunakan.

“Kita harus mengetahui motif-motif desain kain dahulu dan perkembangannya hingga sekarang,” ujar Reiner.

Budayawan lainnya Alex Ulaan menyebutkan, salah satu koleksi kain tradisional Sulut, tersimpan di luar negeri.

“Kain tradisional kita malah disimpan di Leiden. Saya sudah melihatnya langsung di sana,” ucap Alex sambil menyebutkan nama Museum Leiden di Belanda.

Kepala Dinas Kebudayaan Sulut Dr. Fredrik Rotinsulu, mengatakan, kegiatan Focus Grup Discussion ini juga diharapkandapat bermanfaat bagi kebudayaan Sulut.

“Acara ini diharapkan berjalan lancar dan menghasilkan manfaat bagi kebudayaan kita,” pungkas Fredrik. (ton)