Catatan Kecil dari Kampung Suwaan Minahasa Utara oleh Taufik M. Tumbelaka

Taufik M. Tumbelaka , Taufik Tumbelaka
Taufik M. Tumbelaka

MINUT, (manadotoday.co.id) – Minggu- minggu terakhir ini, di beberapa tempat di Indonesia terlihat mengeliat dengan titik pusatnya di Ibukota, Jakarta. Negara tercinta Indonesia, sedang berupaya melewati satu tahapan kecil dalam merawat keutuhannya. Titik permasalahannya adalah perbedaan dan kepentingan.

Jika melihat titik utama, sebenarnya masalah itu sudah selesai sejak awal Negara ini terbentuk, namun sayangnya komitmen para Tokoh Bangsa diawal kemerdekaan seperti tergerus. Semangat kebersamaan seperti meredup seiring perjalanan banyak Negara di dunia sedang berupaya mewujudkan komitmen kebangsaan. Mungkin ini titik awal kita untuk merenungkan, kenapa minggu-minggu terakhir ini kita musti sibuk dengan masalah-masalah yang sebenarnya sudah selesai lebih dari 7 dekade lalu. Semestinya, kita saat ini sibuk dengan permasalahan yang sesungguhnya yaitu kemiskinan dan keadilan sosial yang jelas-jelas mengancam Negara terlebih khusus rakyat.

Nampaknya kegaduhan di minggu-minggu terakhir karena selama ini para oknum Anak Negeri yang “munafik” atau sering disebut “opurtunis” terlalu bebas berteriak kepentingan politik pribadi atau kelompok. Berteriak atas nama Negara, keadilan, kebaikan dan bahkan kadang kala atas nama keyakinan. Disatu sisi perilaku para oknum itu seperti dibiar tumbuh subur dan berdampak signifikan membuat layu “pohon rindang” yang bernama Indonesia. Ini mungkin titik balik kita harus bersikap sesuai keberadaan dan kemampuan kita, dan hal ini tidak sulit karena kita semua tahu kalau semangat komitmen bernegara adalah saling menghormati sebagai bagian dari Etika.

Kita juga tahu bahwa komitmen itu tidak hanya ditunjukan dengan kata-kata atau teriak-teriak baik via lisan atau tulisan cinta NKRI, pertahankan Pancasila, menjaga Kebhinekaan dan lainnya, tapi sejatinya melalui tindak-tanduk keseharian kita semua. Sudah menjadi perhatian umum bahwa keseharian negatif dari para oknum Anak Negeri dibiarkan, rasanya sudah waktunya disikapi dan ingatkan. Menjadi rahasia umum hal-hal negatif telah masuk sendi-sendi keseharian kita yang yang terkecil.

Oleh karenanya jangan sungkan melakukan langkah tegas yang dimulai dari lingkungan terkecil, dari pergaulan lingkungan, komunitas sampai group media sosial (medsos). Terlalu banyak kemunafikan diumbar, berteriak dengan simbol-simbol pesatuan tapi menghina teman, berteriak toleransi tapi menjatuhkan sahabat, berteriak kebersamaan tapi menginjak kerabat dan akibatnya kebiasaan buruk ini menjadi “kebenaran” yang digelorakan oleh para oknum Anak Negeri.

Merawat kebersamaan tidak harus dengan berteriak atau berkata-kata lantang dengan sejuta retorika atau kalimat bijak tapi lebih berarti jika melangkah dalam keseharian yang konsisten dengan cinta kepada Negara, bukan kemunafikan dimana antara ucapan dan keseharian seperti air dan minyak yang tidak pernah menyatu. Satu langkah kecil keseharian akan sangat berarti jika dilakukan dengan cinta, tanpa pamrih, tanpa pretensi. Tetap semangat dan selalu optimis untuk Indonesia.

Salam Cinta Indonesia. Taufik M. Tumbelaka. #KitaIndonesia.