Meski Menyiksa, ‘Morning sickness’ Ternyata Bisa Cegah Keguguran

Morning sickness, manfaat Morning sickness, kehamilan
(foto: NDTV)

MANADOTODAY.CO.ID – ‘Morning sickness’ yang biasanya menyerang para wanita di awal-awal kehamilan ternyata dapat menurunkan risiko keguguran, menurut penelitian baru menunjukkan bahwa mual dan muntah selama kehamilan melindungi janin dari racun dan organisme penyebab penyakit.

Mual dan muntah yang terjadi selama kehamilan disebut “morning sickness,” karena gejala ini biasanya dimulai di pagi hari dan hilang saat siang, tapi ada juga yang berlangsung sepanjang hari. Bagi kebanyakan wanita, rasa mual dan muntah mereda setelah bulan keempat kehamilan. Yang lain mungkin akan mengalami gejala selama kehamilan.

Penyebab morning sickness belum diketahui, namun para peneliti mengatakan itu dapat melindungi janin dari racun dan organisme penyebab penyakit dalam makanan dan minuman.

“Banyak yang berpikir mual menunjukkan kehamilan yang sehat, tapi tidak ada banyak bukti berkualitas untuk mendukung keyakinan ini,” kata penulis studi Stefanie N Hinkle dari National Institute of Child Health and Human Development (NICHD) di Amerika Serikat, dikutip dari NDTV.

“Studi kami mengevaluasi gejala dari minggu awal kehamilan, segera setelah pembuahan, dan menegaskan bahwa ada hubungan pelindung antara mual dan muntah serta risiko yang lebih rendah dari keguguran,” ungkap Hinkle.

Untuk penelitian, Hinkle dan rekan-rekannya menganalisis data dari percobaan Efek Aspirin dalam Kehamilan dan Reproduksi (EAGeR), di mana peneliti menguji apakah mengkonsumsi aspirin dosis rendah setiap hari mencegah wanita mengalami keguguran setelah sebelumnya pernah mengalami keguguran satu atau dua kali.

Para peneliti melihat data dari semua wanita dalam penelitian yang positif hamil.

Para wanita terus mencatat setiap hari apakah mereka mengalami mual dan muntah mulai dari minggu kedua hingga minggu kedelapan kehamilan dan kemudian menjawab kuesioner bulanan tentang gejala selama minggu ke-36 kehamilan.

Para peneliti mencatat bahwa penelitian-penelitian sebelumnya tentang mual dan keguguran tidak memperoleh informasi rinci tentang gejala di minggu-minggu awal kehamilan. Sebaliknya, sebagian besar penelitian mengandalkan ingatan perempuan tentang gejala atau setelah mereka mengalami keguguran.

Dalam percobaan EAGeR, ada 797 wanita yang positif hamil, dengan 188 kehamilan mengalami keguguran. Pada minggu ke-8 kehamilan, 57,3 persen wanita melaporkan mengalami mual dan 26,6 persen melaporkan mual dengan muntah.

Para peneliti menemukan bahwa para wanita ini 50 sampai 75 persen lebih kecil kemungkinan mengalami keguguran, dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami mual atau mual disertai muntah.

Studi ini diterbitkan dalam jurnal JAMA Internal Medicine.