Pemprov Sulut Sebut Semburan di Tondangow Bukan Lumpur

SULUT, (manadotoday.co.id) – Pemprov Sulawesi Utara (Sulut), menyatakan, semburan uap air di sekitar lokasi sumur produksi kluster LHD-24 di dusun Tondangow, Lahendong, bukan semburan lumpur.

Hal itu berdasarkan pres realis yang disampaikan Kepala Biro Pemerintahan dan Humas Sulut DR. Jemmy Kumendong.

Menurut Kumendong, semburan di lokasi panas bumi Lahendong itu, diawali dengan pemunculan uap pada berapa titik kecil pada akhir November 2015 lalu. Kemudian, berlanjut dengan semburan yang pada saat ini berjumlah 5 titik. Terhembus kabar, peristiwa tersebut mirip dengan semburan lumpur panas “Lapindo” dan disertai gas beracun.

Dijelaskan Kumendong, berdasarkan pengamatan tim Pusat Penelitian Panas Bumi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada dan kajian yang telah dilakukan operator lapangan panas bumi Lahendong (PT. Pertamina Geothermal Energi), peristiwa tersebut adalah semburan uap air panas bumi.

“Dari hasil pengamatan tim geologi UGM pada tanggal 30 Desember 2015, lumpur yang terlontar pada titik-titik semburan berupa tanah permukaan yang terlarutkan oleh uap air, dengan ciri warna seperti tanah-tanah di daerah yang tidak mengalami semburan uap,” terang Kumendong.

Dia katakan, informasi dari pengamatan yang dilakukan tim, adalah berdasarkan analisis batuan bawah permukaan yang berasal dari sebagian besar sumur-sumur pemboran panas bumi di Lahendong, juuh sebelum semburan uap terjadi. Diketahui bahwa batuan reservoar sistem panas bumi Lahendong berupa batuan produk gunung api masa lampau yang bersifat solid.

Lanjutnya, berdasarkan pemantauan kadar gas-gas di lokasi semburan PT. PGE, tak ditemukan gas-gas berbahaya baik dari segi jenis dan kadarnya.

“Peristiwa semburan uap ini, seperti halnya dengan fenomena pemunculan matair panas, dikategorikan sebagai manifestasi panas bumi, atau tanda adanya potensi panas bumi bertemperatur tinggi,” kata Kumendong.

Disampaikannya pula, asal-usul manifestasi semburan ini perlu diselidiki dengan seksama sehingga dapat ditentukan cara-cara penanganannya secara tepat sasaran. Ada dua kemungkinan penyebab, yakni dinamika alamiah sistem panas bumi Lahendong, dan adanya kerusakan konstruksi sumur yang berada di dekat lokasi semburan.

“Pada saat ini operator tengah berkonsentrasi meneliti kemungkinan penyebab yang ke dua, dengan meneliti kondisi selubung sumur (casing). Bila ditemukan kebocoran maka sumur yang bersangkutan akan di sumbat. Namun apabila ternyata semburan merupakan bagian dari dinamika alamiah sistem panas bumi Lahendong maka manusialah yang harus menyesuaikan diri, dengan mengatur kembali penggunaan lahan dan aktivitasnya di daerah tersebut, seperti halnya yang harus di lakukan di daerah-daerah berpotensi bahaya geologi yang lainnya,” jelas Kumendong.

Disisi lain, Pemprov Sulut menurut Kumendong, telah membentuk tim pemantauan dan penanganan semburan uap di lapangan panas bumi Lahendong yang dipimpin langsung Pj. Gubernur Sulut DR. Sumarsono MDM, dimana kondisi dan status penanganan terkini akan selalu dilaporkan kepada masyarakat.

Untuk anggota tim pemantauan, yakni Ir. Marly Gumalag, M.Si. (Kepala Dinas ESDM Sulut), Ir. Roy Mewoh (Kepala Badan Lingkungan Hidup Sulut), Dr. Franky Manumpil (Kepala Biro Sumber Daya Alam Sekretariat Daerah Sulut), Berthy Mendur dan Feri Rende (staf khusus Gubernur Sulut).

Sedangkan dari operator lapangan adalah Ir. Salvius Patangke, DipGeothermTech (General Manager PT. PGE AGH Lahendong), Ir. Ahmad Yani (Manager Teknik PT. PGE AGH Lahendong) beserta staf lapangan. Dua orang ahli geologi dari Universitas Gadjah Mada,yakni Ir. Pri Utami, M.Sc., Ph.D. (ahli geologi panas bumi/Kepala Pusat Penelitian Panas Bumi UGM) dan Dr. I Wayan Warmada, S.T. (ahli geologi bahan galian) termasuk dalam tim ini.

Diketahui, 1 Januari 2016 lalu Sumarsono dan jajarannya melakukan pemantauan terkait kondisi semburan. Zona pengamanan lokasi semburan kini telah diperluas untuk kelancaran operasional dan pergerakan alat berat, serta untuk keamanan pekerja dan pengunjung.

Dinding-dinding pengaman juga sedang dipasang, dan lumpur disalurkan ke kolam penampung, Bronjong ijuk sudah mulai dipasang untuk menyaring lumpur yang melimpas secara alamiah dari titik semburan ke sungai terdekat. (ton)