Minsel Maju Pesat, Kini Support Tetty Maju Lagi

Oleh: Adri Mamangkey

Secuil Cerita dari Perjalanan Bersama Teman yang Dulu Anti CEP

Christiany Eugenia Paruntu

AWAL Maret tahun ini, saya menemani seorang teman lama. Teman semasa SMA. Kami satu kelas mulai dari kelas 1 sampai lulus di SMA Negeri Amurang. Setamat SMA tahun 1984, dia memilih merantau ke Kalimantan. Karena keuletan dan kegigihannya, dia kini menjadi seorang pengusaha yang sukses. Bahkan, kini dia berencana untuk melebarkan sayap bisnisnya di daerah kelahirannya, Minahasa Selatan.

‘’Saya ingin membangun daerah. Tapi, ini murni bisnis dan pengabdian. Bukan untuk menjadi politisi atau mencalonkan diri sebagai kepala daerah,’’ katanya menjelaskan maksudnya pulang kampung, sekalian minta saya meluangkan waktu untuk menemaninya selama berada di daerah ini. Maklum, sebagai teman lama yang tergolong akrab, kami sudah lama tidak bertemu. Selama ini kami hanya berkomunikasi lewat hp dan medsos (media sosial).

Ketertarikannya menanamkan investasi di daerah ini, terutama Minsel karena dia mendapat banyak informasi tentang kemajuan daerah ini selama lima tahun terakhir. Pembangunan infrastruktur berkembang pesat, termasuk pelabuhan di Amurang. Hal ini tentu saja, sangat menunjang pengembangan sumber daya alam yang sangat melimpah di daerah ini. ‘’Saya mau melihat-lihat dulu apa benar-benar mengalami perkembangan seperti informasi yang saya terima,’’ tuturnya saya menghubungi saya dari Balikpapan, tempatnya berdomisili saat ini.

Dia mengaku, memang sudah sekitar 4 tahun tidak pernah pulang. Selain sibuk mengelola bisnis, kebetulan juga istrinya berasal dari Surabaya. Jadi, kalau liburan lebih banyak ke Jawa. ‘’Siap bos. Nanti kita mo batamang akang,’’ jawab saya. Tempo apa rencana pulang? ‘’Mungkin awal bulan Maret,’’ katanya.

Akhirnya kerinduannya pulang kampung terpenuhi. Setelah saya menjemputnya di salah satu hotel berbintang di kawasan Boulevard, tempatnya menginap, kami menuju Minahasa Selatan. Sepanjang jalan dari Manado ke Amurang, kami banyak membicarakan soal pembangunan di Minsel. Dia tetap masih belum terlalu yakin dengan perkembangan yang ada sesuai informasi yang dia terima. ‘’Nanti jo dang ngana lia sandiri,’’ ujar saya karena melihat mimiknya yang tetap ragu.

Saya memahami dengan keraguannya. Sebab, saya tahu persis dia salah satu tokoh Minsel di luar daerah yang meragukan kemampuan Christiany Eugenia Paruntu, saat terpilih sebagai bupati Minahasa Selatan hampir 5 tahun lalu itu. Ketika itu, saya masih menjadi Pemimpin Redaksi salah satu harian di Manado, dia sering menghubungi saya menanyakan perkembangan suksesi Minsel. Dan saya tahu persis dia tidak mendukung Tetty Paruntu, nama akrab dari Christiany Eugenia Paruntu (CEP).

Pembicaraan soal Minahasa Selatan terutama membahas figur CEP terhenti, setelah kami melewati Desa Munte. Dia memberikan apresiasi terhadap jalan Manado – Amurang yang sudah bertambah lebar. ‘’Luar biasa. Banyak sekali perubahan. Dulu jalan Manado –Amurang sempit mo bakudapa oto saja stenga mati,’’ ujarnya. ‘’Jalan ini bukan cuma manado – amurang. Sepanjang jalan utama di Minsel so lebar bagini,’’ sergah saya. ‘’Mar mo pi kumel (maksudnya kumelembuai) belum toh,’’ potongnya sambil setengah mengejek. Sewaktu SMA, dia sering ikut saya pulang kampung di Kumelembuai. ‘’Ow jalan so lebar skali sampe motoling. Tahun ini kalu nda salah so mo sampe modoinding,’’ saya menjelaskan.

Setelah kami masuk desa Lopana, dia minta saya untuk mengurangi kecepatan kendaraan. Apalagi, saat masuk jalan dua jalur. ‘’Wow hebat sekali,’’ ujarnya berguman. Saat berada di depan kantor bupati, dia minta berhenti sebentar. ‘’Tunggu dulu. Ini dang tu kantor bupati. Hebat sekali, apalagi ditata rapi dengan berbagai asesoris. Maklum bupati pe cantik jadi kantor musti cantik,’’ katanya tertawa. Dari cara bicara dan mimiknya, tampaknya, dia mulai tertarik dan mengagumi kiprah bupati CEP yang dulunya dia ragukan mampu membawa kemajuan bagi Minsel.

‘’Rupanya ngana so mulai simpatik pa ibu Tetty (bupati). Padahal, dulu ngana nda setuju,’’ ujar saya setengah meledek. ‘’Kalau katu bagus, pasti torang akui bagus,’’ timpalnya. Kekagumannya makin menjadi setelah masuk desa Pondang. ‘’Benar-benar luar biasa. Ini Amurang ini so berubah total. Jalan dalam kota so lebar sekali,’’ katanya. Akhirnya, kami sampai di rumah kopi Topas.

Tak henti-hentijya dia memberikan apresiasi yang luar biasa bagi Tetty. Di rumah kopi kami ditemani seorang teman lainnya. Dia pun menjelaskan, panjang lebar tentang kiprah dari istri tercinta Deky Kristovorus Palinggi. ‘’Kemajuan tak hanya di pusat kota Amurang. Tapi juga sampai ke pedesaan. Jalan-jalan yang dulunya tak terpelihara, kini sudah bagus-bagus. Bahkan, sampai ke jalan-jalan produksi,’’ ujarnya. ‘’Kalau memang ada kemajuan, wajar kalau ibu Tetty mencalonkan lagi bupati Minahasa Selatan. Saya pasti mendukung,’’ ujar teman saya yang dulunya menolak pencalonan Tetty hampir lima tahun lalu itu. (*)