Pemprov Sulut Gelar Temu Wicara Peringati Peristiwa Merah-Putih 14 Februari 1946

SULUT, (manadotoday.co.id) – Pemprov Sulawesi Utara dibawa pimpinan Gubernur DR. Sinyo Harry Sarundajang (SHS), melaksanakan kegiatan temu wicara yakni Resepsi Kejuangan dalam rangka memperingati peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946 yang dikenal sebagai peristiwa heroik di Provinsi Sulut melawan penjajah Belanda, Jumat (13/2/2015).

Kegiatan yang dilaksanakan di Gedung Graha Bumi Beringin Manado tersebut, dihadiri jajaran Forkopimda , pejabat di Lingkup Pemprov Sulut, dan perwakilan tokoh-tokoh masyarakat di Sulut.

Dijelaskan SHS sapaan familiar Sarundajang dalam membawakan sambutan, peristiwa merah putih 14 Februari 1946 menjadi salah satu wujud dari sikap patriotisme dan nasionalisme putra/putri terbaik Sulut, sekaligus bagian tak terpisahkan dari aksi patriotik mempertahankan kemerdekaan pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 dan keutuhan NKRI.

Dijelaskan dia, setelah kemerdekaan Indonesia di Proklamirkan Bung Karno dan Bung Hatta, sebagian wilayah Indonesia Timur masih dikuasai penjajah.

Tanggal 14 Februari 1946 tepatnya jam 1 tengah malam, para pejuang yang dipimpin Komandan Taulu dan Wuisan, memulaikan aksi penyergapan dan menangkap tentara penjajah di Manado, mulai dari Komandan Garnisun Kapten Blom, Dan Korps-VII Carlier, CPM dan seluruhnya sehingga berhasil menguasai wilayah Manado.

Pada kejadian itu, kaum Nasionalis yang ditawan diantaranya Nani Wartabone, OH Pantouw, Geda Dauhan, dan Pimpinan Pemuda BPNI Jhon Rahasia dan Chris Ponto, berhasil dibebaskan.

Keesokan harinya (15 Februari 1946) Komandan Frans Bisman dan Freddy Lumanu berangkat dengan dua peleton ke markas besar Kniel di Tomohon, dan menangkap Komandan Kniel De Vries dan Residen NICA Koomans De Ruyter bersamaan dengan penangkapan Letnan Van Emdem, komandan kompi di Girian Tonsea oleh Kumaunang.

16 Februari 1946, dihadapan komandan Kniel De Vries, Komandan Taulu dan Wuisan bahwa menegaskan “Kami bersama pemuda sedang memperjuangan kemerdekaan Indonesia, dan ini kami pertahankan” ujar SHS mengutip pernyataan Komandan Taulu dan Wuisan kala itu.

Kemudian, sejak saat itu Bendera Merah-Putih berkibar di Bumi Nyiur Melambai, dan bahkan sejumlah radio Australia, San Fransisco, dan BBC London, serta harian Merdeka ketika itu, menyiarkan tentang “Pemberontakan besar di Sulawesi Utara”. Bahkan, Presiden pertama Indonesia Soekarno, memaklumkan 14 Februari adalah hari Sulawesi Utara dan sejarah perjuangan Indonesia mensyukurinya.

“Pertistiwa ini tentunya menjadi bagian penting dalam kehidupan kita dimasa kini dan dimasa depan dalam kehidupan bermasyarakat. Harus diakui, perjuangan kita masih panjang. Oleh karena itu, semangat perjuangan harus terus kita kobarkan karena kita memiliki tanggungjawab yang sama untuk membawa bangsa, Negara, dan daerah ini mengarungi samudera pembangunan menuju kemajuan bersama,” ungkap SHS.

Ditambahkan dia, sebagai komitmen perjuangan tersebut, warga harus terus bersama sehingga mampu menghantar Sulut menyambut kebangkitan baru sebagai salah satu pintu gerbang Indonesia di kawasan Asia Pasifik menuju masyarakat Bumi Nyiur Melambai yang semakin berbudaya, berdaya saing, dam sejahtera. (ton)